Berhala masa kini
Uang
Jabatan
Wanita
Selasa, 27 Juni 2017
Minggu, 18 Juni 2017
Parade Sajadah
Written by Frenki S
on 11:52 PM
in Bulan Suci, Gareng, Parade Sajadah, Petruk, Puasa, puisi
with
Tidak ada komentar
Hari ini
sudah memasuki minggu terakhir di Bulan Suci Ramadhan tahun 2017. Walaupun
puasa tidak pernah bolong, tapi entah sudah berapa kali terawih tidak dilaksanakan
oleh Gareng. Tiap malam kerjaannya cuma udat-udut sambil ngopi di teras kosnya,
tidak mau ikut ke masjid untuk terawih. Kalau pas ga capek kadang gareng sholat
terawih sendiri di kos. “mbrummm mbrumm”suara knalpot brodol itu tiba membuat bising
kos2an gareng malam ini. Ternyata petruk datang menghampiri gareng dengan
membawakan martabak dan tahu bulat. Langsung seketika itu pula gareng memesan
kopi dua gelas di warung depan kos.
Eh, truk
sudah berapa tahun ini kita tidak jumpa, wajahmu tetep aja mirip kadal dan gak
ada berubah2nya sama sekali,hitam hitam gimana gitu,, heheuu... Juancukk kamu
kamu reng, sahut petruk. Kamu tadi datang ke sini lewat masjid ga truk?,. Aku
kok heran ya, pada awal pusa kemarin masjid masjid itu tampak berwarna-warni
lantainya, dihiasi bermacam-macam sajadah mulai dari merk terkenal dan empuk
sampai sajadah yang ecek-ecek, bahkan ada juga sajadah yang hanya memuat “bathuk” (kening) saja. Sekarang ini
pasti lantai-lantai masjid itu mulus dan bersih, dan misalpun berwarna pasti
hanya berwarna hijau. Kamu tahu kemana orang-orang bersajadah itu pergi truk??.
Halah,
mbok ndak usah sok “ngrasani” orang2 itu, Kamu sendiri lho reng jarang dan hampir
tidak pernah ke masjid. Hahaha bukan begitu truk, aku ini orangnya konsisten,
memang aku kalau terawih jarang dan hampir gak pernah ke masjid, kamu kan tahu
sendiri aku kan gak mau kalau ibadah itu di pamer2kan ,, heheuuu (ngeles). Awal
puasa sajadah di gelar lebar-lebar dan sekarang pakaian dan sembako yang di
gelar lebar-lebar di pusat perbelanjaan. Orang-orang itu lebih banyak berada di
pusat perbelanjaan daripada di masjid reng. Iya pasti lah truk mereka kan ingin
menyambut hari kemenangan nanti dengan bergaya segagah-gagahnya dan
secantik-cantiknya to. Jangan sampai nanti mereka malu dan dianggap gak sukses
oleh keluarga dan rekan-rekannya di kampung.
Mereka
akan jereng sajadah dengan merk mak bedunduk dan empuk itu di jalan atau
lapangan ketika sholat iedul fitri nanti, dan mereka juga akan memakai pakain
baru dan harum seakan-akan keharuman itu memancarkan harum surgawi. Bila tak
lihat lihat dari tahun ke tahun, bukan kekusyukan yang saya rasakan truk, tapi
malah semacam parade sajadah. Di gelar rame rame berwarna warni mengiasi jalan
atau lapangan. Siapa yang berjuang siapa yang merayakan kemenangan, semoga ini
tak hanya menjadi budaya bangsa ini tanpa menghadirkan peningkatan keimanan
kita pada Allah ya truk, yowes truk muliho kono wes bengi iki, sesuk ndak ora
isoh tangi sahur. Gayamu reng, memangnya kamu itu selalu bangun sahur, paling cuma
ngrokok dan minum air putih.
Kamu itu kadang
bener juga yo reng, ngawur tapi benar. Eitss jangan salah truk itu “ngawur
karena benar” itu judul bukunya mbah Sujiwotedjo. Jangan sampai ya nanti
tulisan ini dikira plagiat istilah gara-gara tidak mencantumkan sumber. Seperti
Anak dari banyuwangi itu sampai di bully begitu dasyatnya, sampai-sampai
katanya mau bunuh diri. Makanya biar tidak dikira mencatut tulisan dalang edan
ini. Jangan tulis sembarangan tanpa mencantumkan sumber. Dalan edan ini
berprofesi sebagai entertainment serba guna seperti koran bekas yang bisa dijadikan
alas ketika sholat ied dan bisa juga dijadikan bungkus gado-gado kesukaanmu.
Kamu tau gak truk dalang edan itu kalau membuat karya dan tulisan nama kita itu
selalu ada (Ponokawan minus Semar). Ehh, Sebelum kamu pulang tak kasih puisi
dulu truk…
Parade Sajadah
Terbentang
sajadah berwarna-warni
Menghiasi
lantai untuk menghadap sang Ilahi
Bulan
Suci sebentar lagi akan pergi
Parade
sajadah mulai bergeser dari ramai menjadi sepi
Dan
akan mencapai puncaknya di hari yang Fitri nanti
Semua
umat akan menjadi menjadi suci kembali
Hakekat
puasa adalah kembali menjadi Fitri
Yang
berjuang dan tidak berjuang mempunyai hak yang sama untuk menikmati keindahan
ini
Tanpa
mereka tahu kalau manusia itu hanya berkewajiban dan tidak punya hak sama
sekali
Meraka
Berbondong-bondong menyambut kemenangan yang fitri
Kemenangan
yang mereka artikan sendiri sendiri
Mudik
ke kampung halaman dengan membawa cerita kesuksesan duniawi
Mengikuti
perlombaan yang seharusnya tak perlu diikuti
Ya
Allah maafkan Kami
Terimalah
Puasa Kami
Terimalah
Ibadah Terawih Kami
Parade
Sajadah ini semoga tidak hanya symbol budaya kami
Tapi
juga symbol dari kami yang hina dina ini untuk bisa mengenal dirimu yang Ilahi
Nanti……
schTz
Probolinggo, 18 Juni 2017