Selasa, 27 Juni 2017

Minggu, 18 Juni 2017

Parade Sajadah

Hari ini sudah memasuki minggu terakhir di Bulan Suci Ramadhan tahun 2017. Walaupun puasa tidak pernah bolong, tapi entah sudah berapa kali terawih tidak dilaksanakan oleh Gareng. Tiap malam kerjaannya cuma udat-udut sambil ngopi di teras kosnya, tidak mau ikut ke masjid untuk terawih. Kalau pas ga capek kadang gareng sholat terawih sendiri di kos. “mbrummm mbrumm”suara knalpot brodol itu tiba membuat bising kos2an gareng malam ini. Ternyata petruk datang menghampiri gareng dengan membawakan martabak dan tahu bulat. Langsung seketika itu pula gareng memesan kopi dua gelas di warung depan kos.

Eh, truk sudah berapa tahun ini kita tidak jumpa, wajahmu tetep aja mirip kadal dan gak ada berubah2nya sama sekali,hitam hitam gimana gitu,, heheuu... Juancukk kamu kamu reng, sahut petruk. Kamu tadi datang ke sini lewat masjid ga truk?,. Aku kok heran ya, pada awal pusa kemarin masjid masjid itu tampak berwarna-warni lantainya, dihiasi bermacam-macam sajadah mulai dari merk terkenal dan empuk sampai sajadah yang ecek-ecek, bahkan ada juga sajadah yang hanya memuat “bathuk” (kening) saja. Sekarang ini pasti lantai-lantai masjid itu mulus dan bersih, dan misalpun berwarna pasti hanya berwarna hijau. Kamu tahu kemana orang-orang bersajadah itu pergi truk??.

Halah, mbok ndak usah sok “ngrasani” orang2 itu, Kamu sendiri lho reng jarang dan hampir tidak pernah ke masjid. Hahaha bukan begitu truk, aku ini orangnya konsisten, memang aku kalau terawih jarang dan hampir gak pernah ke masjid, kamu kan tahu sendiri aku kan gak mau kalau ibadah itu di pamer2kan ,, heheuuu (ngeles). Awal puasa sajadah di gelar lebar-lebar dan sekarang pakaian dan sembako yang di gelar lebar-lebar di pusat perbelanjaan. Orang-orang itu lebih banyak berada di pusat perbelanjaan daripada di masjid reng. Iya pasti lah truk mereka kan ingin menyambut hari kemenangan nanti dengan bergaya segagah-gagahnya dan secantik-cantiknya to. Jangan sampai nanti mereka malu dan dianggap gak sukses oleh keluarga dan rekan-rekannya di kampung.

Mereka akan jereng sajadah dengan merk mak bedunduk dan empuk itu di jalan atau lapangan ketika sholat iedul fitri nanti, dan mereka juga akan memakai pakain baru dan harum seakan-akan keharuman itu memancarkan harum surgawi. Bila tak lihat lihat dari tahun ke tahun, bukan kekusyukan yang saya rasakan truk, tapi malah semacam parade sajadah. Di gelar rame rame berwarna warni mengiasi jalan atau lapangan. Siapa yang berjuang siapa yang merayakan kemenangan, semoga ini tak hanya menjadi budaya bangsa ini tanpa menghadirkan peningkatan keimanan kita pada Allah ya truk, yowes truk muliho kono wes bengi iki, sesuk ndak ora isoh tangi sahur. Gayamu reng, memangnya kamu itu selalu bangun sahur, paling cuma ngrokok dan minum air putih.
Kamu itu kadang bener juga yo reng, ngawur tapi benar. Eitss jangan salah truk itu “ngawur karena benar” itu judul bukunya mbah Sujiwotedjo. Jangan sampai ya nanti tulisan ini dikira plagiat istilah gara-gara tidak mencantumkan sumber. Seperti Anak dari banyuwangi itu sampai di bully begitu dasyatnya, sampai-sampai katanya mau bunuh diri. Makanya biar tidak dikira mencatut tulisan dalang edan ini. Jangan tulis sembarangan tanpa mencantumkan sumber. Dalan edan ini berprofesi sebagai entertainment serba guna seperti koran bekas yang bisa dijadikan alas ketika sholat ied dan bisa juga dijadikan bungkus gado-gado kesukaanmu. Kamu tau gak truk dalang edan itu kalau membuat karya dan tulisan nama kita itu selalu ada (Ponokawan minus Semar). Ehh, Sebelum kamu pulang tak kasih puisi dulu truk…

Parade Sajadah

Terbentang sajadah berwarna-warni
Menghiasi lantai untuk menghadap sang Ilahi
Bulan Suci sebentar lagi akan pergi
Parade sajadah mulai bergeser dari ramai menjadi sepi
Dan akan mencapai puncaknya di hari yang Fitri nanti

Semua umat akan menjadi menjadi suci kembali
Hakekat puasa adalah kembali menjadi Fitri
Yang berjuang dan tidak berjuang mempunyai hak yang sama untuk menikmati keindahan ini
Tanpa mereka tahu kalau manusia itu hanya berkewajiban dan tidak punya hak sama sekali

Meraka Berbondong-bondong menyambut kemenangan yang fitri
Kemenangan yang mereka artikan sendiri sendiri
Mudik ke kampung halaman dengan membawa cerita kesuksesan duniawi
Mengikuti perlombaan yang seharusnya tak perlu diikuti

Ya Allah maafkan Kami
Terimalah Puasa Kami
Terimalah Ibadah Terawih Kami
Parade Sajadah ini semoga tidak hanya symbol budaya kami
Tapi juga symbol dari kami yang hina dina ini untuk bisa mengenal dirimu yang Ilahi
Nanti……


schTz
Probolinggo, 18 Juni 2017
Share:

Parade sajadah,
Telah memasuki episode terakhir,
Lembaran lembaran nya sudah digulung berganti dengan lembaran lembaran pakaian.

Share: