Senin, 30 Maret 2015

Perwujudan Nafsu Dalam Diri Manusia



Manusia dilahirkan di dunia ini bersamaan nafsu yang mengikutinya, dimana nafsu itu bisa kita kendalikan dengan roh yang ada di dalam diri kita. Sejatinya nafsu itu bisa kita kendalikan bukan kita yang dikendalikan oleh nafsu-nafsu itu.
Siapa yang mencapai rasa yang lebih mendalam sekaligus mencapai eksistensi yang lebih mendalam, dengan sendirinya hidupnya akan berubah, ia akan memiliki sikap-sikap yang lain, yang lebih benar, lebih cocok dengan realitas yang sebenarnya. Oleh karena itu untuk memasuki batin kita, kita harus terus menerus memperhalus rasa. Rasa dalam arti indrawi membuat kita peka terhadap lingkunga fisik. Dalam rasa kita merasakan bagaimana perkembangan hubungan kita dengan orang lain. Semakin peka rasa kita semakin terbukalah hakekat kenyataaan yang sebenarnya. Usaha untuk memperdalam rasa jangan dipahami sebagai semacam penambahan pengertian langkah demi langkah dimana unsure kognitif ditumpukkan. Melainkan yang dimaksud adalah suatu kesadaran yang semakin mendalam, seakan-akan daun-daun pengertian yang sementara gugur satu demi satu tercapai dasar dan hakekat keakuan kita yang sesungguhnya (Suseno, 1984:131).
Sebelum menjelaskan tentang saudara-saudara yang ada di dalam tubuh kita Amarah, Lawwamah, Supiah, dan Mutmainah, baiknya kita mengetahui proses kelahiran kita di dunia tentu saja bukan proses dari segi medis. Mengambil dari Kitab Kidungan Purwajati tulisannya dimulai dari lagu Dhandanggula yang bunyinya sebagai berikut:

Ana kidung ing kadang Marmati
Amung tuwuh ing kuwasanira
Nganakaken saciptane Kakang Kawah puniku
Kang rumeksa ing awak mami
Anekakake sedya Ing kuwasanipun Adhi Ari-Ari
Ingkang Memayungi laku kuwasanireki
Angenakken pangarah Ponang Getih ing rahina wengi
Ngrerewangi ulah kang kuwasa Andadekaken karsane Puser
kuwasanipun Nguyu-uyu sabawa mami Nuruti ing panedha
Kuwasanireku Jangkep kadang ingsun
Papat kalimane wus dadi pancer sawiji tunggal sawujud ingwang.

Pada lagu diatas, disebutkan bahwa “Saudara Empat” itu adalah Marmati, Kawah ari-ari (plasenta / tembuni) dan darah yang umumnya disebut Rahsa. Semua itu berpusat di Pusar yaitu berpusat pada bayi. Jelasnya mereka berpusat di setiap manusia. Mengapa disebut Marmati, kakang kawah, adhi ari-ari, dan rahsa? Marmati itu artinya samar mati (takut mati). Umumnya bila seorang ibu mengandung sehari-hari pikirannya khawatir karena samar mati. Rasa khawatir tersebut hadir terlebih dahulu sebelum keluarnya kawah (air ketuban), ari-ari, dan rahsa. Oleh karena itu rasa samar mati itu lalu dianggap sedulur tuwo (Saudara Tua). Perempuan yang hamil saat melahirkan, yang keluar terlebih dahulu adalah air kawah (Air Ketuban) sebelum lahir bayinya, dengan demikian kawah lantas dianggap sedulur tuwo yang biasa disebut kakang (kakak) kawah. Bila kawah sudah lancar keluar, kemudian disusul dengan lahirnya si bayi, setelah itu barulah keluar ari-ari (placenta/ tembuni). Karena ari-ari keluar setelah bayi lahir, ia disebut sebagai sedulur enom (Saudara Muda) dan disebut Adhi (adik) Ari-Ari. Setiap ada wanita yang melahirkan, tentu saja juga mengeluarkan Rah (Getih=darah) yang cukup banyak. Keluarnya roh (Rahsa) ini juga pada waktu akhir, maka dari itu Rahsa itu juga dianggap sedulur enom. Puser (Tali pusat) itu umumnya gugur (Pupak) ketika bayi sudah berumur tujuh hari. Tali pusat yang copot dari pusar juga dianggap saudara si bayi. Pusar ini dianggap pusatnya saudara empat. Dari situlah muncul semboyan “sedulur papat limo pancer”.
Berdasarkan semboyan “sedulur papat limo pancer” dapat kita bagi bahwa dalam diri kita terdapat 4 macam nafsu, yaitu amarah, lawwamah, supiah, dan mutmainah. Dalam Al-Quran nafsu diistilahkan dengan jiwa. Ada nafsu/jiwa yang jahat dan ada juga nafsu/jiwa yang baik. Nafsu menimbulkan atau mengeluarkan hawa yang dalam istilah selanjutnya digabung menjadi satu yaitu hawa nafsu. Hawa adalah keinginan sedangkan nafsu adalah perbuatan. Hawa bisa juga adalah radiasi yang ditimbulkan oleh nafsu. Misalkan kita ingin makan, keinginan untuk makan itu disebut hawa, jadi hawa itu masih dalam batas keinginan. Kemudian jika keinginan itu ditindaklanjuti sehingga kita makan, maka perbuatan makan tersebut disebut nafsu. Jadi sebetulnya yang perlu dikendalikan itu adalah hawanya atau keinginannya, jika hawa terkendali maka otomatis nafsu juga akan terkendali.
Nafsu atau jiwa sudah ada bersama-sama sperma, dan bisa hidup lama jika ketemu dengan pasangannya yaitu sel telur (terjadi pembuahan) dan menempel di rahim untuk berkembang. Sperma hidup dan bisa berlari dengan kecepatan tertentu, mencari sel telur untuk menyatu (membuahi) dan hidup di dalam rahim. Sperma hidup dan bisa berlari karena mengandung jasad-jasad halus (mengandung nafsu-nafsu/jiwa-jiwa) dimana jasad-jasad halus tersebut mempunyai roh. Roh dari nafsu/jiwa berbeda dengan roh manusia. Roh manusia turun atau ada pada janin bayi ketika janin bayi berumur 3 sampai 4 bulan dalam kandungan ibu. Sedangkan nafsu/jiwa saat itu sudah ada terlebih dahulu. Oleh sebab itu janin bayi sudah hidup dan berkembang (ada denyutan) karena memang disitu sudah ada rohnya, yaitu roh dari 4 nafsu/jiwa tadi. Nafsu/jiwa hidup menyatu dengan jasad manusia, dari janin bayi dalam perut ibu, lahir menjadi bayi, menjadi anak-anak, remaja, pemuda/dewasa, dan akhirnya tua dan mati begitu juga dengan nafsu tersebut akhirnya mati (sempurna kembali ke asalnya).
Keempat nafsu yang menggambarkan unsur-unsur lahirah yang membentuk kejadian manusia (api, angin, air, dan tanah) dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Amarah
Nafsu Amarah dilambangkan seperti api, secara bawaaan lahir nafsu Amarah menempati lapisan pembungkus terluar sebagai pembungkus hati nurani dan cahaya nafsu ini bewarna merah. Amarah biasanya lebih cepat responnya bila terjadi sesuatu pada diri kita, dikarenakan menempati lapisan yang paling luar. Nafsu yang berasal dari unsur saripati api tentu nafsu ini akan membawa/mewarisi sifat-sifat api itu sendiri, antara lain:
Þ       Bersifat panas
Pada diri manusia nafsu ini akan membangkitkan rasa panas/emosi, ingin marah-marah kepada orang lain, temperamental, mudah tersinggung, ingin berantem, tidak segan menggunakan kekerasan.
Þ       Bewarna merah
Pada saat manusia dikuasai oleh nafsu ini maka raut mukanya akan menjadi merah, . telinga merah, dan jantung akan berdetak kencang.
Þ       Tegak Keatas
Api kalau dinyalakan selalu tegak keatas, tidak ada api yang menyala kebawah atau kesamping. Jika manusia sedang dikuasai nafsu ini maka akan bersifat sombong, tidak mau mengalah, selalu berprasangka buruk kepada orang lain, merasa paling benar dan paling suci sendiri.
Ada yang menyebut bahwa Amarah ini mempunyai sifat yang lebih kejam dari 70 sifat syetan. Dari sudut pandang agama islam dapat digambarkan dalam gerakan sholat, Amarah dalam huruf arab dilambangkan dengan huruf Alif (tubuh yang berdiri). Saat berdiri jagalah dirimu dari yang berdiri di dalam dirimu, yang dimaksud yang berdiri dalam tubuhmu adalah Amarah. Jika kita lihat sifat-sifatnya ada segi positif yang bisa kita pelajari dari amarah adalah “kita tidak mau tunduk kepada siapapun termasuk iblis. Kita hanya tunduk pada Sang Pencipta kita Allah SWT”. Selain itu Amarah bisa berguna untuk ambisi untuk maju, ambisi untuk menang dalam pertandingan.

2.      Lawwamah
Nafsu Lawwamah atau dalam bahasa jaga sering disebut Aluamah tercipta atau dilambangkan seperti angin. Lawwamah secara bawaan lahir menempati lapisan pembungkus kedua dari luar setelah Amarah, cahaya Lawwamah bewarna kuning. Kita bisa lihat sifat dan perilaku angin, angin bergerak tidak menentu arahnya kadang ke utara, ke selatan, ke barat, dan ke timur. Angin bergerak berdasarkan musim atau tekanan angin. Angin yang jalannya mendatar itu kalau terhalang benda akan berbelok ke atas, ke bawah, ke kanan, dan ke kiri dari benda itu, sifat angin selalu ingin menguasai atau mengisi seluruh ruangan dan tidak pernah bisa diam.
Dalam sudut pandang islam, Lawwamah digambarkan sebagai huruf Lam (tubuh yang Ruku’).  Jagalah dirimu dari yang ruku’/datar di dalam dirimu. Sesuatu yang datar yang dimaksut adalah Lawwamah. Dapat disimpulkan bahwa Lawwamah ini mempunyai sifat yang digambarkan seperti angin yang dapat tampil dalam diri kita sebagai seorang yang plin plan atau tidak punya pendirian, terbawa arus tren saat itu. Selain itu Lawwamah menggambarkan nafsu keserakahan atau rakus/berlebihan, terutama dalam tubuh kita nafsu yang inginnya makan terus, kalau di luar tubuh ingin mengusai harta dan menumpuk kekayaan. Segi positif dari Lawwamah adalah dia bersifat rajin dan selalu ada dimana-mana.



3.      Supiah
Nafsu Supiah berasal dari saripati air sehingga nafsu ini mewarisi sifat-sifat air. Supiah secara bawaan lahir menempati lapisan pembungkus ketiga dari luar setelah Lawwamah sebagai pembungkus hati nurani dan cahaya nafsu ini berwarna putih. Sifat air antara lain mencari tempat posisi yang paling rendah selalu mengarah kebawah kebalikan dari Amarah yang selalu mengarah keatas. Bila secara dominan akan membuat kita menjaadi rendah hati terhadap sesama dan rendah diri dihadapan Tuhan. Air selalu mengambil bentuk dari wadah yang ditempatinya, airnya Supiah pandai menempatkan diri, pandai membawa diri terhadap lingkungan sekitarnya, dan pandai menyesuaiakn diri kepada siapa yang sedang dihadapinya. Selain itu, Supiah juga memiliki sifat empati, rasa iba belas kasihan terhadap sesama, suka menolong yang dilandasi sifat kasih sayang.
Dalam sudut pandang islam, Supiah digambarkan sebagai huruf Mim (Tubuh yang sujud). Jagalah dirimu dari yang tunduk di dalam dirimu, yang tunduk di didalam diri kita adalah Supiah. Sifat negatif dari Supiah adalah pengumbar rasa kasih sayang, sehingga mengumbar nafsu birahinya sampai diluar batas. Supiah yang menyukai keindahan ini dapat digambarkan pula sebagai orang yang sedang dalam dalam keadaan kasmaran, senangtiasa membuat setiap orang terpesona dan menimbulkan hasrat tak pernah terpuaskan. Supiah bisa digambarkan dengan kata yang disebut “cinta”. Cinta dapat menimbulkan keindahan yang begitu hebat yang terkadang sangat sulit untuk dilupakan. Walaupun sekarang banyak yang salah mengartikan apa itu cinta, cinta yang sudah dikuasai oleh Supiah hanya akan menimbulkan birahi tanpa batas kepuasan. Semakin ia memperolehnya semakin tinggi pula keinginan untuk terus mencarinya.

4.      Mutmainah
Nafsu Mutmainah berasal dari saripati tanah sehingga mewarisi sifat-sifat tanah. Mutmainah secara bawaan lahir menempati lapisan pembungkus keempat dari luar setelah Supiah sebagai pembungkus hati nurani dan cahaya nafsu ini berwarna hitam. Tanah disini bisa diartikan juga sebagai bumi. Sifat dari tanah/bumi antara lain, tanah sering disakiti tapi malah selalu memberi manfaat. Lihatlah tanah, di injak-injak, dicangkuli, diambil isi perutnya (diambil hasil tambangnya), digunduli rambutnya (ditebangi pohon-pohonnya), dirubah bentuknya (diratakan gunung-gunungnya) namun tetap sabar dan menerima. Oleh karena itu Mutmainah ini mempunyai sifat yang sabar, rela menanggung beban orang lain dan lain-lain. Selalu ingin beribadah dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Karena kesabarannya, Mutmainah melambangkan nafsu yang tenang atau jiwa yang tenang.
Dalam sudut pandang islam, Mutmainah dilambangkan sebagai huruf Dal (Tubuh yang duduk/diam). Jagalah dirimu dari yang duduk /yang diam di dalam dirimu, yang duduk di dalam diri kita adalah Mutmainah. Mutmainah digambarkan sebgai orang yang duduk/diam itu mewakili sifat sabar dan tenang dalam menghadapi segala macam cobaan atau kejaian yang sedang menimpa/terjadi. Apabila tak dikendalikan Mutmainah ini akan menjadi sesuatu yang buruk yang bisa menguasia diri kita. Kita akan menjadi malas untuk melakukan sesuatu karena saking nrimonya diri kita atau terlalu sabarnya kita menghadapi sesuatu. Mutmainah yang menguasai akan membuat kita malas belajar, malas bekerja, dan yang lebih parah lagi kita tidak memperhatikan diri kita sendiri.
Dari keempat nafsu yang dilambangkan dengan empat unsur pembentuk kejadian Manusia ini, saling menolak dan membantu. Oleh sebab seorang Manusia dijadikan dari Tanah, Angin, Air dan Api, maka kita selalu akan membutuhkan ke empat unsur ini dalam hidup kita. Kita harus makan dari hasil Tanah, kita harus menghirup Udara dalam bernapas, kita amat perlu Air, kita amat perlu akan sinar matahari dan api untuk memasak dsb. Anehnya, ke empat nafsu ini pun saling menaklukkan satu dengan lainnya, maka karena inilah timbul konsep dalam Tasawuf : Sang Ruh itu adalah Laki-Lakinya, sedang Jasad itu yang dikuasai oleh ke empat nafsu adalah Perempuannya. Esensinya adalah Ruh kita harus mampu menguasai-mengendalikan Nafsunya yang Empat yang diibaratkan 4 orang istri. Nafsu itu ada didalam diri kita dan seharusnya kita yang menguasai dan mengendalikan nafsu-nafsu itu bukan sebaliknya kita yang dikuasai dan dikendalikan oleh nafsu-nafsu itu. Sekian, semoga kita bisa belajar mengendalikan nafsu-nafsu yang ada di dalam diri kita.

Sumber : Dari berbagai macam sumber



schTz
30-03-2015
Share:

4 komentar:

  1. terima kasih ceritanya sangat menarik.,.,.salam "kunjungi"
    rental mobil jogja

    BalasHapus
  2. Cakep tulisannya banyak belajar dr artikel ini
    Terima kasih

    BalasHapus
  3. Subhanaloh...trimakasih ini sngt bermnfaat skli untukku🙏

    BalasHapus