Sepengetahuan saya teknologi adalah
sebuah proses atau cara atau alat bantu yang dapat mendukung dan mempermudah
cara kerja kita sebagai manusia, terutama yang berhubungan dengan keterbatasan
panca indra kita. Sedangkan komunikasi adalah suatu proses penyampaian
informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada
umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti
oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti
oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik
badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal (sumber:
Wikipedia). Jadi bisa disimpulka bahwa teknologi informasi dan komunikasi
adalah sebuah alat yang dapat mempermudah kita menyampaikan pesan, ide, atau
gagasan kepada orang lain dengan cepat dan tepat. Komunikasi dan teknologi itu
merupakan sebuah hal yang tak bisa dipisahkan ibarat “mimi lan mintuna”,
dimana ada perkembangan teknologi pasti disitu ada perkembangan komunikasi.
Perkembangan ini selalu berjalan bersamaan seperti sepasang kekasih.
Sumber : Google |
Sumber : Google |
Sudah hampir dua dekade abad 21
berlalu. Perkembangan teknologi dan informasi di dunia ini berkembang begitu
pesatnya, hal ini banyak memberikan dampak positif dan negatif bagi kehidupan
umat manusia di muka bumi ini, tak terkecuali di negara tercinta kita
Indonesia. Perubahan demi perubahan dilalui dengan begitu cepatnya. Apabila di
rata-rata dengan satuan waktu mungkin perubahan itu bisa terjadi tidak hanya
dalam hitungan hari tapi dalam hitungan jam saja. Contoh sederhananya adalah
komunikasi dulu untuk berkomunikasi dengan orang yang berada jauh dari tempat
kita membutuhkan waktu berhari-hari yaitu dengan kirim surat via pos. Kemudian
berkembang dengan adanya telepon, dulu saking booming nya komunikasi lewat
telepon, banyak berkembang jasa telepon umum yang lebih kita kenal dengan
sebutan “wartel” singkatan dari kata warung telekomunikasi. Dipikiran
bodoh saya warung telekomunikasi itu adalah warung yang menyediakan banyak
mulut untuk kita ajak berbicara, jadi saya bilang ke penjualnya beli mulut ada
pak?, heheuu. Tapi ternyata tidak ada mulut yang di jual di wartel adanya hanya
sebuah lambang mulut dan bilik-bilik yang didalamnya terdapat satu buah alat
komunikasi yaitu telepon. Selain wartel dulu juga banyak ditemui telepon koin Rp 100,- yang ada di pinggiran jalan dan tempat-tempat fasilitas umum seperti kampus, puskesmas, dll.
Pada era sekarang ini wartel sudah
berpulang dipangkuan jaman, karena bermunculan telepon genggam yang akrab kita
sebut dengan handphone. Perkembangan handphone sendiri mengalami evolusi yang
sangat cepat. Mulai dari handphone sampai berubah nama menjadi smartphone, yang
menjadikan penggunanya menjadi tidak smart alias gagap informasi dan teknologi.
Melihat begitu pesatnya perkembangan smartphone, hal ini banyak dimanfaatkan
oleh para pengusaha-pengusaha yang mulai dari mengembangkan kegiatan bisnisnya
atau membuka kegiatan bisnis baru. Contoh bisnis mengenai teknologi komunikasi
yang sudah ada tidak perlu saya sebutkan karena sudah sangat familiar di
telinga kita, misalnya belanja online, jasa online dan lain sebagainya. Bisnis
seperti ini tidak hanya mewabah di perkotaan namun juga mewabah di pedesaan
juga. Manusia-manusia di negeri ini sudah menjelma menjadi manusia-manusia
modern dan tidak boleh sekalipun menjadi manusia yang ketinggalan jaman. Kita
sudah di doktrin untuk menjadi manusia modern yang belum tentu kita mengetahui
apa itu defenisi dari manusia modern tersebut. Mungkin saja hal ini bisa
dikategorikan dalam penjajahan yang menyenangkan. Sungguh kita ini masih
terlalu bodoh, Heheuu…
Sumber : google |
Teknologi, komunikasi, dan informasi bisa kita
dapatkan dalam satu paket alat yang bernama smartphone. Smartphone sendiri
tidak bisa maksimal fungsinya tanpa adanya bantuan dari sesuatu yang tak kasat
mata yang disebut internet. Semula ponsel atau telepon seluler itu sendiri
mempunyai fungsi utama yaitu sebuah alat yang dipakai untuk komunikasi saja.
Akan tetapi seiring pekembangan teknologi ponsel bertransformasi menjadi
smartphone yang tidak hanya digunakan sebagai alat komunikasi tetapi juga bisa
digunakan seperti komputer. Dulu ponsel itu bentuk body nya gede tapi layar
kecil kemudian berkembang menjadi ponsel yang bentuknya kecil, prosentase lebar
layar dan bodynya sama) karena semakin kecil semakin ringkes dan fleksibel,
sekarang setelah berkembang ponsel tanpa keyboard alias touchscreen alias
sebola (semua body layar) pangsa pasar yang diminati adalah ponsel dengan layar
yang lebar, karena semakin lebar semakin elegan. Perkembangan ponsel pintar ini
memang gak ada matinya, selalu saja ada perkembangannya, itu yang membuat para
vendor saling berlomba-lomba untuk memikat hati para konsumen.
Perkembangan vendor ponsel yang saya ketahui,
pertama vendor ponsel pintar dipegang oleh oleh Nokia dengan OS andalannya
yaitu Symbian yang berhasil mengusai pasar. Di saat vendor ponsel lain seperti
Sony Ericcson, Samsung, LG masih menggunakan sistem operasi berbasis Java,
Nokia sudah memakai OS Symbian. Kemudian setelah nokia munculah perangkat
ponsel yang bernama Blackberry, dengan fitur andalannya yaitu Blackberry
Messenger (BBM). Ponsel Blackberry sempat mengusai pasar untuk jangka waktu
tertentu. Tapi setelah fitur BBM ini dapat di akses pada OS android dan IOS
popularitas ponsel Blackberry mulai surut dan sekarang sudah entah kemana.
Kemudian pasar mulai dikuasai oleh Samsung dengan sistem operasi terbarunya
yaitu android, disusul dengan vendor Apple dengan Ios nya yang menguasi pasar
di level premium. Nokia dengan sistem Symbiannya sudah tidak berkutik dan
sekarang sudah berganti dengan sistem Windows Phone akan tetapi Nokia belum
bisa mengulangi kejayaan seperti dulu lagi. Inilah sedikit cerita tentang
perkembangan smartphone.
IQ melati memang masih banyak kita jumpai di negeri
ini, entah orang yang kurang pergaulan atau orang yang banyak pergaulan sama
saja. Orang-orang yang masih begitu ada dua kemungkinan pertama adalah seorang
yang sedang santai-santainya aliah alias jobless atau memang jobdesk orang
tersebut memang begitu. Dulu hidup kita ini baik-baik saja tanpa internet atau
sosial media di smartphone. Cuma berbekal sms atau nge-jam 3 detikan bersama
im3 kita sudah dapat berkomunikasi dan seru-seruan bersama teman-teman, itu
terjadi sekitar tahun 2005-2006. Dulu
pula sebelum ada handphone cara nongkrong kita juga fine-fine saja, no problemo. Malahan dulu kalau kita nongkrong itu
lebih asyik, tanpa gangguan handphone, sepertinya sosial media itu mempunyai
slogan yang pasti semua orang juga sudah tahu yaitu “menjauhkan yang dekat dan
mendekatkan yang jauh”. Sepertinya kita ini sudah terpenjara di dalam
teknologi, apabila kita tidak membawa smartphone kita ketika bepergian rasanya
seperti masuk dalam dalam lubang neraka (paniknya melebihi super saiya 6).
Setiap detik setiap saat tak lupa update status, upload gambar ataupun video,
sampai lupa dengan pekerjaan bahkan sampai lupa untuk beribadah. Mungkin sudah
hampir 90% waktu sadar kita, kita habiskan bersama dengan smartphone.
Sampai-sampai ketika akan beranjak memejamkan mata yang kita keloni adalah
smartphone bukan istri, suami, atau anak2 kita.
Teknologi Informasi dan Komunikasi, apa sih
sebenarnya manfaat dari perkembangan teknologi ini yang sebenarnya, atau cuma menjadikan
kita menjadi seorang manusia manja. Atau mungkin hanya bangsa kita aja yang
salah menerjemahkan tentang kemajuan teknologi komunikasi ini dan belum siap
untuk menerima kemajuan ini. Tidak bisa memanfaatkan teknologi secara maksimal
dan hasilnya malah diperalat oleh teknologi itu sendiri. Kemajuan-kemajuan di
bidang apa saja yang berhasil mempermudah syarat untuk mencapai hasil yang
diharapkan. Dari sekian banyak bidang kehidupan mulai dari yang mendasar bidang
kerohanian dan keagamaan, bidang sosial, politik, hukum, dan sebagainya. Coba
kalian runtut seberapa besar sih sumbangan kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi untuk bidang-bidang tersebut, sumbangan positif tentunya.
Sumber : Google |
Saya membayangkan tentang teknologi komunikasi yang
bisa di manfaatkan secara riil oleh para petani. Sebenarnya sudah banyak
teknologi yang bisa digunakan para petani yang ada di desa, seperti contohnya
mesin tanam “jarwo (jajar legowo)”. Akan tetapi informasi-informasi seperti
ini tidak langsung bisa di mengerti oleh petani di negeri ini yang kebanyakan
adalah mereka yang sudah berusia senja. Informasi seperti di mana beli nya
mesin tersebut, bagaimana cara memakainya, dan bagaimana kalau petani yang
tidak punya modal tapi ingin memanfaatkan mesin itu. Ya seharusnya menurut saya
pemerintah bisa memfasilitasi hal tersebut dengan misalnya menyewakan mesin dan
tenaga operasional kepada para petani. Di setiap kabupaten atau kecamatan yang
mayoritas penduduknya bertani disediakan ruang informasi untuk hal-hal semacam
ini.
Saya rasa kecepatan informasi di bidang pertanian
masih belum ada, dan belum bisa membawa petani pada tingkat kesejahteraan bagi
petani itu sendiri. Untuk musim tanam saja petani tidak punya patokan secara
pasti, pada musim begini bagusnya ditanami padi, buah, atau palawija petani
tidak pernah mempunyai wadah. Selain itu informasi mengenai harga komoditas
pertanian pasca panen, petani juga tidak mempunyai informasi yang valid
mengenai patokan harga pasar atas komoditas tani yang mereka panen. Banyak petani
yang menjual hasil panenya itu kepada tengkulak yang jauh dari harga standart. Yang
sering terjadi adalah ketika belum panen harga komoditas pertanian naik, tapi
setelah panen harga komoditas turun drastic, dan petani kemudian rugi,
begitulah kebanyakan siklus yang dialami oleh petani (yang saya tahu, mungkin
saya juga kekurangan informasi terkait hal ini).
Informasi tentang pertanian ini sangat kurang, baik
untuk para pelaku tani, ataupun untuk masyarakat umum. Di internet, media
sosial, atau di portal2 kementrian pertanian informasi jarang ada forum yang
membahas tentang problematika pertanian, apabila ada itu pun tidak bisa secara
langsung melibatkan para petani. Sampai kapan petani-petani kita ketinggalan
informasi, atau mungkin regenerasi petani di Indonesia ini kurang sehingga
tidak dapat mendongkrak popularitas sector pertanian sebagai wadah untuk
bekerja dan berkarya.
Ada beberapa kerangka mimpi saya untuk memajukan
pertanian di Indonesia ini maju dan menjadi Negara agraris yang ampu
meningkatkan produksi pangan dalam negeri. (mungkin pertanyaan-pertanyaan ini
bisa terdengar oleh pemerintah atau pihak2 yang ingin memajukan pertanian).
1. Bagaimana
caranya menjadikan profesi petani ini menjadi profesi yang digemari atau di
cari oleh anak muda?
Profesi yang sering dicari orang
setelah lulus sekolah atau kuliah adalah pertama PNS, atau menjadi pegawai
swasta di perusahaan yang elit, kerja kantoran masih menjadi profesi yang
paling dicari, menjadi seniman (baik seniman idealis maupun seniman yang hanya
berpatokan uang), kemudian menjadi wirausaha. Profesi menjadi petani tidak
menjadi pilihan sama sekali. Profesi Petani hanya diisi oleh orang-orang
berusia senja, dan tidak ada regenerasi terhadap profesi ini.
2. Apabila
regenerasi ini sudah bisa berjalan, maka harus ada lagi kumpulan atau semacam
organisasi mengenai pertanian yang diisi oleh pemuda-pemuda, apabila ada pemuda
yang berkecimpung di bidang pertanian pasti akan mendapati problematika yang
ada di dalam pertanian dan itu bisa memunculkan ide untuk membuat hardware
ataupun software yang dapat mempermudah kinerja dan meningkatkan hasil produksi
pertanian, serta bisa mempermudah distribusi hasil pertanian.
3. Membangkitkan
kembali apa yang namanya Koperasi Unit Desa di pelosok pelosok desa di seluruh
negeri ini.
Jadi kesimpulannya bagaimana teknologi informasi dan
komunikasi ini bisa di manfaatkan dan dirasakan hasilnya secara maksimal pada sektor
pertanian. Saya membayangkan para petani di Indonesia ini memegang Iphone 6S atau Samsung Galaxy S7 untuk melancarkan bisnis pertaniannya, dan kalau malam
hari ngobrol di warung kopi untuk sekedar membahas Negara mana yang akan
dijadikan sasaran eksport atas produk hasil pertanian mereka. Aplikasi-aplikasi
di smartphone nya berisi kapan, kapan panen, kapan menjual produk pertanian, dan
history googlingnya berisi atas produk makanan apa yang bisa dibuat atas hasil
komoditas tani yang mereka panen. Serta
di laptopnya berisi laporan Laba Rugi atas hasil tanam komoditas pertanian
mereka.
Maka apabila hal ini bisa terwujud kita akan lepas
dari yang namanya penjara teknologi, kita yang menciptakan teknologi untuk mempermudah
pekerjaan dan mengembangkan pemikiran-pemikiran kita, bukan teknologi yang
mempengaruhi cara berpikir kita. Heheuu……
schTz
01 Oktober 2016