Kamis, 01 Desember 2016

PAGI

pagi,
tanpa suara burung yang bernyanyi
hanya suara kendaraan lalu lalang kesana kemari

pagi,
manusia sibuk mencari rizky
menyandarkan nafsunya pada dunia yang fana ini

pagi,
setitik embun berjajar menghiasi rerumputan
menandakan alam masih ceria melayani kebusukan manusia2 setan

pagi,
matahari redup menyinari
mendung dan gerimis pun setia mendampingi
orang pun tak peduli, aktifitas terus berlari tanpa henti

pagi,
dalam kepulan asap dan secangkir kopi
aku tertawa sendiri

jakarta, 01 Des 2016
schTz

Share:

Sabtu, 01 Oktober 2016

Penjara Teknologi

Sepengetahuan saya teknologi adalah sebuah proses atau cara atau alat bantu yang dapat mendukung dan mempermudah cara kerja kita sebagai manusia, terutama yang berhubungan dengan keterbatasan panca indra kita. Sedangkan komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal (sumber: Wikipedia). Jadi bisa disimpulka bahwa teknologi informasi dan komunikasi adalah sebuah alat yang dapat mempermudah kita menyampaikan pesan, ide, atau gagasan kepada orang lain dengan cepat dan tepat. Komunikasi dan teknologi itu merupakan sebuah hal yang tak bisa dipisahkan ibarat “mimi lan mintuna”, dimana ada perkembangan teknologi pasti disitu ada perkembangan komunikasi. Perkembangan ini selalu berjalan bersamaan seperti sepasang kekasih.

Sumber : Google
Sumber : Google
Sudah hampir dua dekade abad 21 berlalu. Perkembangan teknologi dan informasi di dunia ini berkembang begitu pesatnya, hal ini banyak memberikan dampak positif dan negatif bagi kehidupan umat manusia di muka bumi ini, tak terkecuali di negara tercinta kita Indonesia. Perubahan demi perubahan dilalui dengan begitu cepatnya. Apabila di rata-rata dengan satuan waktu mungkin perubahan itu bisa terjadi tidak hanya dalam hitungan hari tapi dalam hitungan jam saja. Contoh sederhananya adalah komunikasi dulu untuk berkomunikasi dengan orang yang berada jauh dari tempat kita membutuhkan waktu berhari-hari yaitu dengan kirim surat via pos. Kemudian berkembang dengan adanya telepon, dulu saking booming nya komunikasi lewat telepon, banyak berkembang jasa telepon umum yang lebih kita kenal dengan sebutan “wartel” singkatan dari kata warung telekomunikasi. Dipikiran bodoh saya warung telekomunikasi itu adalah warung yang menyediakan banyak mulut untuk kita ajak berbicara, jadi saya bilang ke penjualnya beli mulut ada pak?, heheuu. Tapi ternyata tidak ada mulut yang di jual di wartel adanya hanya sebuah lambang mulut dan bilik-bilik yang didalamnya terdapat satu buah alat komunikasi yaitu telepon. Selain wartel dulu juga banyak ditemui telepon koin Rp 100,- yang ada di pinggiran jalan dan tempat-tempat fasilitas umum seperti kampus, puskesmas, dll.

Pada era sekarang ini wartel sudah berpulang dipangkuan jaman, karena bermunculan telepon genggam yang akrab kita sebut dengan handphone. Perkembangan handphone sendiri mengalami evolusi yang sangat cepat. Mulai dari handphone sampai berubah nama menjadi smartphone, yang menjadikan penggunanya menjadi tidak smart alias gagap informasi dan teknologi. Melihat begitu pesatnya perkembangan smartphone, hal ini banyak dimanfaatkan oleh para pengusaha-pengusaha yang mulai dari mengembangkan kegiatan bisnisnya atau membuka kegiatan bisnis baru. Contoh bisnis mengenai teknologi komunikasi yang sudah ada tidak perlu saya sebutkan karena sudah sangat familiar di telinga kita, misalnya belanja online, jasa online dan lain sebagainya. Bisnis seperti ini tidak hanya mewabah di perkotaan namun juga mewabah di pedesaan juga. Manusia-manusia di negeri ini sudah menjelma menjadi manusia-manusia modern dan tidak boleh sekalipun menjadi manusia yang ketinggalan jaman. Kita sudah di doktrin untuk menjadi manusia modern yang belum tentu kita mengetahui apa itu defenisi dari manusia modern tersebut. Mungkin saja hal ini bisa dikategorikan dalam penjajahan yang menyenangkan. Sungguh kita ini masih terlalu bodoh, Heheuu…

Sumber : google
Teknologi, komunikasi, dan informasi bisa kita dapatkan dalam satu paket alat yang bernama smartphone. Smartphone sendiri tidak bisa maksimal fungsinya tanpa adanya bantuan dari sesuatu yang tak kasat mata yang disebut internet. Semula ponsel atau telepon seluler itu sendiri mempunyai fungsi utama yaitu sebuah alat yang dipakai untuk komunikasi saja. Akan tetapi seiring pekembangan teknologi ponsel bertransformasi menjadi smartphone yang tidak hanya digunakan sebagai alat komunikasi tetapi juga bisa digunakan seperti komputer. Dulu ponsel itu bentuk body nya gede tapi layar kecil kemudian berkembang menjadi ponsel yang bentuknya kecil, prosentase lebar layar dan bodynya sama) karena semakin kecil semakin ringkes dan fleksibel, sekarang setelah berkembang ponsel tanpa keyboard alias touchscreen alias sebola (semua body layar) pangsa pasar yang diminati adalah ponsel dengan layar yang lebar, karena semakin lebar semakin elegan. Perkembangan ponsel pintar ini memang gak ada matinya, selalu saja ada perkembangannya, itu yang membuat para vendor saling berlomba-lomba untuk memikat hati para konsumen.

Perkembangan vendor ponsel yang saya ketahui, pertama vendor ponsel pintar dipegang oleh oleh Nokia dengan OS andalannya yaitu Symbian yang berhasil mengusai pasar. Di saat vendor ponsel lain seperti Sony Ericcson, Samsung, LG masih menggunakan sistem operasi berbasis Java, Nokia sudah memakai OS Symbian. Kemudian setelah nokia munculah perangkat ponsel yang bernama Blackberry, dengan fitur andalannya yaitu Blackberry Messenger (BBM). Ponsel Blackberry sempat mengusai pasar untuk jangka waktu tertentu. Tapi setelah fitur BBM ini dapat di akses pada OS android dan IOS popularitas ponsel Blackberry mulai surut dan sekarang sudah entah kemana. Kemudian pasar mulai dikuasai oleh Samsung dengan sistem operasi terbarunya yaitu android, disusul dengan vendor Apple dengan Ios nya yang menguasi pasar di level premium. Nokia dengan sistem Symbiannya sudah tidak berkutik dan sekarang sudah berganti dengan sistem Windows Phone akan tetapi Nokia belum bisa mengulangi kejayaan seperti dulu lagi. Inilah sedikit cerita tentang perkembangan smartphone.

Balik lagi smartphone juga tidak akan berfungsi maksimal tanpa adanya dukungan dari kartu SIM (Subscriber Indentification Module). Secara gampangnya kartu SIM adalah kartu yang dipasangkan pada perangkat ponsel yang berfungsi sebagai jaringan atau pengantar untuk berkomunikasi dan berselancar di dunia maya. Nah lo, ketika sudah asik berselancar di dunia internet kita seakan-akan terpenjara di dalamnya, Sibuk update status, sibuk liatin display picture atau personal message, sibuk nge share berita-berita HOAX, nge share ceramah (sebarkan kalau Anda tidak mau kena musibah), sibuk nge likes, otak kita seakan-akan diperalat untuk melakukan itu tanpa pikir panjang, bila sekarang ini masih banyak yang nge share kayak gituan itulah contoh IQ Melati bangsa kita yang tidak mau move on.

IQ melati memang masih banyak kita jumpai di negeri ini, entah orang yang kurang pergaulan atau orang yang banyak pergaulan sama saja. Orang-orang yang masih begitu ada dua kemungkinan pertama adalah seorang yang sedang santai-santainya aliah alias jobless atau memang jobdesk orang tersebut memang begitu. Dulu hidup kita ini baik-baik saja tanpa internet atau sosial media di smartphone. Cuma berbekal sms atau nge-jam 3 detikan bersama im3 kita sudah dapat berkomunikasi dan seru-seruan bersama teman-teman, itu terjadi sekitar tahun 2005-2006.  Dulu pula sebelum ada handphone cara nongkrong kita juga fine-fine saja, no problemo. Malahan dulu kalau kita nongkrong itu lebih asyik, tanpa gangguan handphone, sepertinya sosial media itu mempunyai slogan yang pasti semua orang juga sudah tahu yaitu “menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh”. Sepertinya kita ini sudah terpenjara di dalam teknologi, apabila kita tidak membawa smartphone kita ketika bepergian rasanya seperti masuk dalam dalam lubang neraka (paniknya melebihi super saiya 6). Setiap detik setiap saat tak lupa update status, upload gambar ataupun video, sampai lupa dengan pekerjaan bahkan sampai lupa untuk beribadah. Mungkin sudah hampir 90% waktu sadar kita, kita habiskan bersama dengan smartphone. Sampai-sampai ketika akan beranjak memejamkan mata yang kita keloni adalah smartphone bukan istri, suami, atau anak2 kita.

Teknologi Informasi dan Komunikasi, apa sih sebenarnya manfaat dari perkembangan teknologi ini yang sebenarnya, atau cuma menjadikan kita menjadi seorang manusia manja. Atau mungkin hanya bangsa kita aja yang salah menerjemahkan tentang kemajuan teknologi komunikasi ini dan belum siap untuk menerima kemajuan ini. Tidak bisa memanfaatkan teknologi secara maksimal dan hasilnya malah diperalat oleh teknologi itu sendiri. Kemajuan-kemajuan di bidang apa saja yang berhasil mempermudah syarat untuk mencapai hasil yang diharapkan. Dari sekian banyak bidang kehidupan mulai dari yang mendasar bidang kerohanian dan keagamaan, bidang sosial, politik, hukum, dan sebagainya. Coba kalian runtut seberapa besar sih sumbangan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi untuk bidang-bidang tersebut, sumbangan positif tentunya.

Sumber : Google
Saya membayangkan tentang teknologi komunikasi yang bisa di manfaatkan secara riil oleh para petani. Sebenarnya sudah banyak teknologi yang bisa digunakan para petani yang ada di desa, seperti contohnya mesin tanam “jarwo (jajar legowo)”. Akan tetapi informasi-informasi seperti ini tidak langsung bisa di mengerti oleh petani di negeri ini yang kebanyakan adalah mereka yang sudah berusia senja. Informasi seperti di mana beli nya mesin tersebut, bagaimana cara memakainya, dan bagaimana kalau petani yang tidak punya modal tapi ingin memanfaatkan mesin itu. Ya seharusnya menurut saya pemerintah bisa memfasilitasi hal tersebut dengan misalnya menyewakan mesin dan tenaga operasional kepada para petani. Di setiap kabupaten atau kecamatan yang mayoritas penduduknya bertani disediakan ruang informasi untuk hal-hal semacam ini.

Saya rasa kecepatan informasi di bidang pertanian masih belum ada, dan belum bisa membawa petani pada tingkat kesejahteraan bagi petani itu sendiri. Untuk musim tanam saja petani tidak punya patokan secara pasti, pada musim begini bagusnya ditanami padi, buah, atau palawija petani tidak pernah mempunyai wadah. Selain itu informasi mengenai harga komoditas pertanian pasca panen, petani juga tidak mempunyai informasi yang valid mengenai patokan harga pasar atas komoditas tani yang mereka panen. Banyak petani yang menjual hasil panenya itu kepada tengkulak yang jauh dari harga standart. Yang sering terjadi adalah ketika belum panen harga komoditas pertanian naik, tapi setelah panen harga komoditas turun drastic, dan petani kemudian rugi, begitulah kebanyakan siklus yang dialami oleh petani (yang saya tahu, mungkin saya juga kekurangan informasi terkait hal ini).

Informasi tentang pertanian ini sangat kurang, baik untuk para pelaku tani, ataupun untuk masyarakat umum. Di internet, media sosial, atau di portal2 kementrian pertanian informasi jarang ada forum yang membahas tentang problematika pertanian, apabila ada itu pun tidak bisa secara langsung melibatkan para petani. Sampai kapan petani-petani kita ketinggalan informasi, atau mungkin regenerasi petani di Indonesia ini kurang sehingga tidak dapat mendongkrak popularitas sector pertanian sebagai wadah untuk bekerja dan berkarya.

Ada beberapa kerangka mimpi saya untuk memajukan pertanian di Indonesia ini maju dan menjadi Negara agraris yang ampu meningkatkan produksi pangan dalam negeri. (mungkin pertanyaan-pertanyaan ini bisa terdengar oleh pemerintah atau pihak2 yang ingin memajukan pertanian).
1.      Bagaimana caranya menjadikan profesi petani ini menjadi profesi yang digemari atau di cari oleh anak muda?
Profesi yang sering dicari orang setelah lulus sekolah atau kuliah adalah pertama PNS, atau menjadi pegawai swasta di perusahaan yang elit, kerja kantoran masih menjadi profesi yang paling dicari, menjadi seniman (baik seniman idealis maupun seniman yang hanya berpatokan uang), kemudian menjadi wirausaha. Profesi menjadi petani tidak menjadi pilihan sama sekali. Profesi Petani hanya diisi oleh orang-orang berusia senja, dan tidak ada regenerasi terhadap profesi ini.
2.  Apabila regenerasi ini sudah bisa berjalan, maka harus ada lagi kumpulan atau semacam organisasi mengenai pertanian yang diisi oleh pemuda-pemuda, apabila ada pemuda yang berkecimpung di bidang pertanian pasti akan mendapati problematika yang ada di dalam pertanian dan itu bisa memunculkan ide untuk membuat hardware ataupun software yang dapat mempermudah kinerja dan meningkatkan hasil produksi pertanian, serta bisa mempermudah distribusi hasil pertanian.
3.      Membangkitkan kembali apa yang namanya Koperasi Unit Desa di pelosok pelosok desa di seluruh negeri ini.

Jadi kesimpulannya bagaimana teknologi informasi dan komunikasi ini bisa di manfaatkan dan dirasakan hasilnya secara maksimal pada sektor pertanian. Saya membayangkan para petani di Indonesia ini memegang Iphone 6S atau Samsung Galaxy S7 untuk melancarkan bisnis pertaniannya, dan kalau malam hari ngobrol di warung kopi untuk sekedar membahas Negara mana yang akan dijadikan sasaran eksport atas produk hasil pertanian mereka. Aplikasi-aplikasi di smartphone nya berisi kapan, kapan panen, kapan menjual produk pertanian, dan history googlingnya berisi atas produk makanan apa yang bisa dibuat atas hasil komoditas tani yang mereka panen.  Serta di laptopnya berisi laporan Laba Rugi atas hasil tanam komoditas pertanian mereka.

Maka apabila hal ini bisa terwujud kita akan lepas dari yang namanya penjara teknologi, kita yang menciptakan teknologi untuk mempermudah pekerjaan dan mengembangkan pemikiran-pemikiran kita, bukan teknologi yang mempengaruhi cara berpikir kita. Heheuu……


schTz
01 Oktober 2016
Share:

Sabtu, 13 Agustus 2016

Kemerdekaan Adalah Kewajiban



Kini Kau berkibar di seluruh pelosok negeri ini
Melambung tinggi bersama harapan dan cita-cita
71 sudah Kau menghiasi langit negeri
Tanpa, lelah, tanpa asa

Kemerdekaan hanya sebuah simbol
Kemerdekaan hanya sebuah kata-kata
Ketika keadilan masih milik para penguasa
Ketika kebebasan masih ditelanjangi harga dirinya

Kelaparan masih merajalela, pemerkosaan ada dimana-mana
Dan pembodohan selalu menghantui kapan saja
Pembodohan yang berkedok pembangunan
Pembodohan yang berkedok kesatuan
Dan pembodohan yang berkedok kemerdekaan

Ketika lapar,
Kita disuruh menjual sawah dan ladang
Ketika bosan,
Kita disuguhi hiburan bodoh dan menyesatkan

Inilah yang disebut kemerdekaan,
Kita dibiarkan, tanpa ada pembinaan dalam kebenaran
Ayo bangkit, ayo belajar, dan ayo bekerja
Kita cari arti kemerdekaan yang sejati

Kita jaga merah putih ini, agar tetap berkibar di langit nusantara
Karena kemerdekaan sejati adalah kewajiban yang harus kita cari

schTz
13.08.2016
Share:

Sabtu, 19 Maret 2016

Kamis, 17 Maret 2016

Bila dinding2 tembok itu roboh,
Berlarilah semua orang
Namun bila dinding2 hatimu yg roboh,
Berlarilah kabaikan tanpa lekang

Share:

Minggu, 28 Februari 2016

Kantong Plastik berbayar, apakah kebijakan “Kantong Bolong” ?

Jangan Buang sampah Sembarang   




Kantong plastik adalah pembungkus yang terbuat dari plastik yang digunakan untuk memuat atau membawa barang konsumsi. Kantong plastik selalu kita dapatkan ketika kita berbelanja di warung atau di supermarket secara gratis karena ketika kita berbelelanja tidak membawa tas sendiri untuk memuat barang belanjaan kita. Akhir-akhir ini muncul kebijakan pemerintah dan Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (APRI) yang sepakat memberlakukan penggunaan kantong plaastik berbayar seharga Rp 200,- per lembar alasannya adalah untuk mengurangi limbah sampah plastik, kebijakan mulai 21 Februari 2016 yang bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional.

Ilustrasi cerita :
Hari sabtu kemarin gareng mengantar istrinya yang bernama dewi sariwati ke minimarket. Sudah sejak 7 tahun yang lalu dusun blulukthibo tempat gareng tinggal didatangi minimarket yang masuk desat. Gareng mengantarkan istrinya untuk membeli susu formula dan popok untuk anaknya yang masih bayi. Gareng menunggu di luar, setelah hampir 30 menit istrinya tidak keluar gareng pun menyusul istrinya masuk ke dalam minimarket tersebut. Tak disangka istrinya sedang ribut dengan kasir lantaran istri gareng dewi sariwati tidak mau membayar kantong plastik yang mulai di bebankan ke pembeli sebesar Rp 200 per lembar.
Gareng dengan muka merah langsung bertanya, ada apa ini kok ribut ribut. Begini pak gareng, kasir minimarket yang diketahui bernama Waidehi itu langsung menjelaskan kepada Gareng, mulai tanggal 21 Februari 2016 kemarin pemerintah sudah menetapkan bahwa minimarket harus melakukan biaya tambahan atas pemakain kantong plastik, pemerintah sedang mengkampanyekan diet plastik, agar sampah plastik tidak menumpuk di negeri ini.
Dengan penjelasan itu gareng makin naik pitam terhadap penjelasan Waidehi. Kenapa sih mbak, kok rakyat kecil lagi yang harus menanggung segala sesuatu yang menjadi kebijakan pemerintah, kita ini rakyat sudah bayar pajak ke pemerintah, pajak ini itu, pajak anu pajak ani, dll. Kenapa pemerintah tidak menerapkan tarif lebih aja pada perusahaan2 makanan yang memakai kemasan plastik, seperti misalnya plastik makanan ringan seperti kacang, plastik minyak goreng itu plastiknya lebih tebal dari kantong plastik yang di pakai buat membawa barang belanjaan dan yang pasti lebih lama lagi terurainya. Botol minuman itu juga termasuk plastik yang menjadi sampah tak berguna yang mencemari lingkungan kalau tidak di kelola dengan baik, dan akan menjadi sampah yang menggunung yang tidak mudah terurai. Perusahaan perusahaan penyumbang kerusakan lingkungan itu pun ternyata luput dari perhatian pemerintah. Sampah-sampah produksi yang dihasilkan perusahaan itu apa benar sudah dikelola dengan baik???. Dan ini pertanyaan yang tidak usah kamu jawab mbak. Kasir itu pun tersenyum kecut tapi tidak mengurangi kecantikannya.
Bukannya kita tidak mampu mampu bayar mbak, tapi kebijakan ini saya rasa tidak tepat. Masyarakatnya saja masih bayak yang sering buang sampah sembarangan, apa benar dengan adanya kebijakan ini nantinya sampah plastik akan berkurang, nantinya cuma sampah kantong plastik berkurang tapi sampah plastik lainnya tetep saja malah bertambah banyak. Waidehi kasir minimarket jelmaan dewi widowati yang cantik itu pun terdiam, dan Gareng membayar kemudian pergi.

Terlepas pro dan kontra mengenai ilustrasi cerita diatas, terlepas juga efektif atau tidak tentang kebijkan ini, saya akan menyoroti beberapa hal masalah sampah. Indonesia memiliki masalah serius dengan sampah. Jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari di ibukota saja bisa mencapai 6,000 ton dan tumpukannya bisa sebesar 30,000 meter kubik - lebih dari setengah ukuran candi Borobudur. Rata-rata pemakaian kantong plastik per orang di Indonesia adalah 700 lembar per tahun. Sampah kantong plastik saja di Indonesia mencapai 4000 ton per hari atau sama dengan 16 pesawat Boeing 747, sehingga sekitar 100 milyar kantong plastik terkonsumsi per tahunnya di Indonesia. Produksi kantong plastik tersebut menghabiskan 12 juta barel minyak bumi yang tak bisa diperbaharui, yang setara dengan 11 Triliun rupiah. (Sumber: Yahoo! Indonesia dan Greeneration Indonesia).
Awal mula kebijakan ini hadir karena jumlah sampah yang sangat besar di Indonesia dan sampah yang tidak terkelola secara baik. Menurut saya, dari pada membuat kebijakan kantong plastik berbayar, lebih baik membuat kebijakan buang sampah sembarangan kena denda, tapi saya rasa memang sulit sih untuk membuat kebijakan buang sampah sembarangan dikenakan denda. Alasannya adalah pengawasan yang sulit serta mental masyarakat kita yang tidak sadar akan bahaya sampah terhadap pencemaran lingkungan hidup, bahkan di ibukota pun yang setiap tahun banjir yang 50% lebih penyumbangnya adalah sampah yang menggenang di sungai, itupun masayarakatnya tetap saja enjoy buang sampah sembarangan, padahal sudah tahu dampak nyata yang diakibatkan.
Sampah-sampah rumah tangga yang ada di masyarakat kita masih tercampur antara sampah organik dan sampah non organik (sampah kertas, sampah plastik, dan sampah organik) masih gabung jadi satu dalam satu tempat sampah. Di Tempat pembuangan sampah, semua carut marut antara sampah yang masih bisa di daur ulang dan sampah yang sudah tidak bisa di daur ulang, hanya lewat pemulung lah sampah2 itu di sortir.
Saya rasa pengelolaan sampah belum cukup merata, dan gerobak sampah atau mobil-mobil sampah jarang dan hampir tidak pernah masuk ke desa-desa ke kampung-kampung, banyak masyarakat desa yang membuang sampahnya adalah dengan cara di bakar. Cara membakar itupun juga dilakukan kalau pas waktu longgar, kalau sibuk banyak dari masyarakat desa yang membuang sampahnya langsung ke sungai begitu saja, dan hal itu dilakukan secara berjamaah. Mobil sampah atau gerobak sampah hanya masuk ke perumahan dan perkotaan.
Kembali ke masalah kantong plastik, ada beberapa pendapat teman yang menyebutkan bahwa kebijakan ini nanggung karena harga kantong plastik cuma Rp 200, kenapa tidak sekalian harganya Rp 5.000 biar masyarakat sadar dan membawa kantong atau tas sendiri untuk membawa barang belanjaan. Masalahnya bukan di harganya, apa benar dengan harga segitu orang yang mampu tidak mau membayar kantong plastik dan bisa dipastikan bahwa mereka sadar akan sampah plastik.
Selain itu ada pendapat lain dari teman yang menyebutkan bahwa masyarakat kita  sudah lama dimanjakan dengan “tas kresek” (kantong plastik) yang ternyata itu dapat merusak tempat kita berpijak. Karena kata para ahli sampah plastik butuh waktu puluhan tahun agar bisa terurai lagi. Sebernarnya beberapa pedagang ritel dati tahun tahun lalu sudah menjual tas go green yang terbuat dari kain tapi ternyata tidak laku, lagi-lagi karena kita sudah dimanjakan dengan kantong plastik. Dengan adanya kantong plastik berbayar minimal kita bisa mengurangi penggunaan kantong plastik.
Semoga saja kebijakan ini nanti kedepannya banyak perbaikan demi kepentingan bersama agar kebijakan ini tidak sekedar menjadi kebijakan “kantong bolong” yang tidak ada gunanya bagi masyarakat. Kalau saya sih mulai dari diri sendiri saja biasakan jangan buang sampah sembarangan walaupun itu cuma bungkus permen, dan bagi para perokok jangan buang putung rokok sembarangan. Selain itu biasakan juga memilah sampah organik dan un organik, biar tempat-tempat sampah yang ada di trotoar jalan itu tidak semata-mata menjadi hiasan pemanis trotoar saja.

“Tidak ada hal besar yang berhasil diraih jika hal kecil diabaikan”.
-Salam Sampah-  


schTz
28.02.2016



Share: