Manusia dilahirkan di dunia ini
bersamaan nafsu yang mengikutinya, dimana nafsu itu bisa kita kendalikan dengan
roh yang ada di dalam diri kita. Sejatinya nafsu itu bisa kita kendalikan bukan
kita yang dikendalikan oleh nafsu-nafsu itu.
Siapa yang mencapai rasa yang lebih
mendalam sekaligus mencapai eksistensi yang lebih mendalam, dengan sendirinya
hidupnya akan berubah, ia akan memiliki sikap-sikap yang lain, yang lebih
benar, lebih cocok dengan realitas yang sebenarnya. Oleh karena itu untuk
memasuki batin kita, kita harus terus menerus memperhalus rasa. Rasa dalam arti
indrawi membuat kita peka terhadap lingkunga fisik. Dalam rasa kita merasakan
bagaimana perkembangan hubungan kita dengan orang lain. Semakin peka rasa kita
semakin terbukalah hakekat kenyataaan yang sebenarnya. Usaha untuk memperdalam
rasa jangan dipahami sebagai semacam penambahan pengertian langkah demi langkah
dimana unsure kognitif ditumpukkan. Melainkan yang dimaksud adalah suatu kesadaran
yang semakin mendalam, seakan-akan daun-daun pengertian yang sementara gugur
satu demi satu tercapai dasar dan hakekat keakuan kita yang sesungguhnya
(Suseno, 1984:131).
Sebelum menjelaskan tentang
saudara-saudara yang ada di dalam tubuh kita Amarah, Lawwamah, Supiah, dan
Mutmainah, baiknya kita mengetahui proses kelahiran kita di dunia tentu saja
bukan proses dari segi medis. Mengambil dari Kitab Kidungan
Purwajati tulisannya dimulai dari lagu Dhandanggula yang bunyinya sebagai
berikut:
Ana kidung ing kadang Marmati
Amung tuwuh ing kuwasanira
Nganakaken saciptane Kakang Kawah
puniku
Kang rumeksa ing awak mami
Anekakake sedya Ing kuwasanipun Adhi
Ari-Ari
Ingkang Memayungi laku kuwasanireki
Angenakken pangarah Ponang Getih ing
rahina wengi
Ngrerewangi ulah kang kuwasa
Andadekaken karsane Puser
kuwasanipun Nguyu-uyu sabawa mami
Nuruti ing panedha
Kuwasanireku Jangkep kadang ingsun
Papat kalimane wus
dadi pancer sawiji tunggal
sawujud ingwang.
Pada lagu diatas, disebutkan bahwa “Saudara Empat” itu
adalah Marmati, Kawah ari-ari
(plasenta / tembuni)
dan darah yang umumnya disebut Rahsa. Semua itu berpusat di
Pusar yaitu berpusat pada bayi. Jelasnya
mereka berpusat di setiap manusia. Mengapa disebut Marmati, kakang kawah, adhi ari-ari, dan rahsa? Marmati itu artinya samar mati (takut mati).
Umumnya bila seorang ibu mengandung sehari-hari pikirannya khawatir karena samar mati. Rasa khawatir tersebut hadir terlebih dahulu sebelum
keluarnya kawah (air ketuban), ari-ari, dan rahsa. Oleh
karena itu rasa samar mati itu lalu dianggap sedulur tuwo (Saudara
Tua). Perempuan yang hamil saat melahirkan, yang keluar terlebih dahulu adalah air kawah (Air
Ketuban) sebelum lahir bayinya, dengan demikian kawah lantas
dianggap sedulur tuwo yang biasa disebut kakang
(kakak) kawah. Bila kawah sudah lancar keluar, kemudian disusul
dengan lahirnya si bayi, setelah itu barulah keluar ari-ari
(placenta/ tembuni). Karena ari-ari keluar setelah bayi lahir, ia disebut sebagai sedulur enom (Saudara
Muda) dan disebut Adhi (adik) Ari-Ari. Setiap ada wanita yang melahirkan, tentu
saja juga mengeluarkan Rah (Getih=darah) yang cukup banyak. Keluarnya roh (Rahsa) ini juga pada waktu akhir, maka dari itu
Rahsa itu juga dianggap sedulur enom. Puser
(Tali pusat) itu umumnya gugur (Pupak) ketika bayi sudah berumur tujuh hari.
Tali pusat yang copot dari pusar juga dianggap saudara si bayi. Pusar ini
dianggap pusatnya saudara empat. Dari situlah muncul semboyan “sedulur papat limo pancer”.
Berdasarkan semboyan “sedulur
papat limo pancer” dapat kita bagi bahwa dalam diri kita terdapat 4 macam
nafsu, yaitu amarah, lawwamah, supiah, dan mutmainah. Dalam Al-Quran nafsu
diistilahkan dengan jiwa. Ada nafsu/jiwa yang jahat dan ada juga nafsu/jiwa yang
baik. Nafsu menimbulkan atau mengeluarkan hawa yang dalam istilah selanjutnya
digabung menjadi satu yaitu hawa nafsu. Hawa adalah keinginan sedangkan nafsu
adalah perbuatan. Hawa bisa juga adalah radiasi yang ditimbulkan oleh nafsu.
Misalkan kita ingin makan, keinginan untuk makan itu disebut hawa, jadi hawa
itu masih dalam batas keinginan. Kemudian jika keinginan itu ditindaklanjuti sehingga
kita makan, maka perbuatan makan tersebut disebut nafsu. Jadi sebetulnya yang
perlu dikendalikan itu adalah hawanya atau keinginannya, jika hawa terkendali
maka otomatis nafsu juga akan terkendali.
Nafsu atau jiwa sudah ada
bersama-sama sperma, dan bisa hidup lama jika ketemu dengan pasangannya yaitu
sel telur (terjadi pembuahan) dan menempel di rahim untuk berkembang. Sperma
hidup dan bisa berlari dengan kecepatan tertentu, mencari sel telur untuk
menyatu (membuahi) dan hidup di dalam rahim. Sperma hidup dan bisa berlari
karena mengandung jasad-jasad halus (mengandung nafsu-nafsu/jiwa-jiwa) dimana
jasad-jasad halus tersebut mempunyai roh. Roh dari nafsu/jiwa berbeda dengan
roh manusia. Roh manusia turun atau ada pada janin bayi ketika janin bayi
berumur 3 sampai 4 bulan dalam kandungan ibu. Sedangkan nafsu/jiwa saat itu
sudah ada terlebih dahulu. Oleh sebab itu janin bayi sudah hidup dan berkembang
(ada denyutan) karena memang disitu sudah ada rohnya, yaitu roh dari 4
nafsu/jiwa tadi. Nafsu/jiwa hidup menyatu dengan jasad manusia, dari janin bayi
dalam perut ibu, lahir menjadi bayi, menjadi anak-anak, remaja, pemuda/dewasa,
dan akhirnya tua dan mati begitu juga dengan nafsu tersebut akhirnya mati
(sempurna kembali ke asalnya).
Keempat nafsu yang
menggambarkan unsur-unsur lahirah yang membentuk kejadian manusia (api, angin,
air, dan tanah) dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Amarah
Nafsu Amarah dilambangkan seperti api, secara bawaaan
lahir nafsu Amarah menempati lapisan pembungkus terluar sebagai pembungkus hati
nurani dan cahaya nafsu ini bewarna merah. Amarah biasanya lebih cepat
responnya bila terjadi sesuatu pada diri kita, dikarenakan menempati lapisan
yang paling luar. Nafsu yang berasal dari unsur saripati api tentu nafsu ini
akan membawa/mewarisi sifat-sifat api itu sendiri, antara lain:
Þ
Bersifat panas
Pada
diri manusia nafsu ini akan membangkitkan rasa panas/emosi, ingin marah-marah
kepada orang lain, temperamental, mudah tersinggung, ingin berantem, tidak
segan menggunakan kekerasan.
Þ
Bewarna merah
Pada
saat manusia dikuasai oleh nafsu ini maka raut mukanya akan menjadi merah, .
telinga merah, dan jantung akan berdetak kencang.
Þ
Tegak Keatas
Api
kalau dinyalakan selalu tegak keatas, tidak ada api yang menyala kebawah atau
kesamping. Jika manusia sedang dikuasai nafsu ini maka akan bersifat sombong, tidak
mau mengalah, selalu berprasangka buruk kepada orang lain, merasa paling benar
dan paling suci sendiri.
Ada yang menyebut bahwa Amarah ini mempunyai sifat yang
lebih kejam dari 70 sifat syetan. Dari sudut pandang agama islam dapat
digambarkan dalam gerakan sholat, Amarah dalam huruf arab dilambangkan dengan
huruf Alif (tubuh yang berdiri). Saat
berdiri jagalah dirimu dari yang berdiri di dalam dirimu, yang dimaksud yang
berdiri dalam tubuhmu adalah Amarah. Jika kita lihat sifat-sifatnya ada segi
positif yang bisa kita pelajari dari amarah adalah “kita tidak mau tunduk
kepada siapapun termasuk iblis. Kita hanya tunduk pada Sang Pencipta kita Allah
SWT”. Selain itu Amarah bisa berguna untuk ambisi untuk maju, ambisi untuk
menang dalam pertandingan.
2.
Lawwamah
Nafsu Lawwamah atau dalam bahasa jaga sering disebut
Aluamah tercipta atau dilambangkan seperti angin. Lawwamah secara bawaan lahir
menempati lapisan pembungkus kedua dari luar setelah Amarah, cahaya Lawwamah
bewarna kuning. Kita bisa lihat sifat dan perilaku angin, angin bergerak tidak
menentu arahnya kadang ke utara, ke selatan, ke barat, dan ke timur. Angin
bergerak berdasarkan musim atau tekanan angin. Angin yang jalannya mendatar itu
kalau terhalang benda akan berbelok ke atas, ke bawah, ke kanan, dan ke kiri
dari benda itu, sifat angin selalu ingin menguasai atau mengisi seluruh ruangan
dan tidak pernah bisa diam.
Dalam sudut pandang islam, Lawwamah digambarkan sebagai
huruf Lam (tubuh yang Ruku’). Jagalah dirimu dari yang ruku’/datar di dalam
dirimu. Sesuatu yang datar yang dimaksut adalah Lawwamah. Dapat disimpulkan
bahwa Lawwamah ini mempunyai sifat yang digambarkan seperti angin yang dapat
tampil dalam diri kita sebagai seorang yang plin plan atau tidak punya
pendirian, terbawa arus tren saat itu. Selain itu Lawwamah menggambarkan nafsu
keserakahan atau rakus/berlebihan, terutama dalam tubuh kita nafsu yang
inginnya makan terus, kalau di luar tubuh ingin mengusai harta dan menumpuk
kekayaan. Segi positif dari Lawwamah adalah dia bersifat rajin dan selalu ada
dimana-mana.
3.
Supiah
Nafsu Supiah berasal dari saripati air sehingga nafsu ini
mewarisi sifat-sifat air. Supiah secara
bawaan lahir menempati lapisan pembungkus ketiga dari luar setelah Lawwamah sebagai pembungkus hati nurani dan cahaya
nafsu ini berwarna putih. Sifat air antara lain mencari
tempat posisi yang paling rendah selalu mengarah kebawah kebalikan dari Amarah
yang selalu mengarah keatas. Bila secara dominan akan membuat kita menjaadi
rendah hati terhadap sesama dan rendah diri dihadapan Tuhan. Air selalu
mengambil bentuk dari wadah yang ditempatinya, airnya Supiah pandai menempatkan
diri, pandai membawa diri terhadap lingkungan sekitarnya, dan pandai
menyesuaiakn diri kepada siapa yang sedang dihadapinya. Selain itu, Supiah juga
memiliki sifat empati, rasa iba belas kasihan terhadap sesama, suka menolong
yang dilandasi sifat kasih sayang.
Dalam sudut pandang islam, Supiah digambarkan sebagai huruf Mim (Tubuh yang sujud). Jagalah dirimu
dari yang tunduk di dalam dirimu, yang tunduk di didalam diri kita adalah
Supiah. Sifat negatif dari Supiah adalah pengumbar rasa kasih sayang, sehingga
mengumbar nafsu birahinya sampai diluar batas. Supiah yang menyukai keindahan
ini dapat digambarkan pula sebagai orang yang sedang dalam dalam keadaan
kasmaran, senangtiasa membuat setiap orang terpesona dan menimbulkan hasrat tak
pernah terpuaskan. Supiah bisa digambarkan dengan kata yang disebut “cinta”.
Cinta dapat menimbulkan keindahan yang begitu hebat yang terkadang sangat sulit
untuk dilupakan. Walaupun sekarang banyak yang salah mengartikan apa itu cinta,
cinta yang sudah dikuasai oleh Supiah hanya akan menimbulkan birahi tanpa batas
kepuasan. Semakin ia memperolehnya semakin tinggi pula keinginan untuk terus
mencarinya.
4.
Mutmainah
Nafsu Mutmainah berasal dari saripati tanah sehingga
mewarisi sifat-sifat tanah. Mutmainah
secara bawaan lahir menempati lapisan pembungkus keempat dari luar setelah Supiah sebagai pembungkus hati nurani dan cahaya nafsu ini
berwarna hitam. Tanah disini bisa diartikan juga sebagai bumi.
Sifat dari tanah/bumi antara lain, tanah sering
disakiti tapi malah selalu memberi manfaat. Lihatlah tanah, di injak-injak,
dicangkuli, diambil isi perutnya (diambil hasil tambangnya), digunduli
rambutnya (ditebangi pohon-pohonnya), dirubah bentuknya (diratakan
gunung-gunungnya) namun tetap sabar dan menerima.
Oleh karena itu Mutmainah ini mempunyai sifat yang sabar, rela
menanggung beban orang lain dan lain-lain. Selalu ingin
beribadah dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Karena kesabarannya,
Mutmainah melambangkan nafsu yang tenang atau jiwa yang tenang.
Dalam sudut pandang islam, Mutmainah dilambangkan sebagai huruf Dal (Tubuh yang duduk/diam). Jagalah
dirimu dari yang duduk /yang diam di dalam dirimu, yang duduk di dalam diri
kita adalah Mutmainah. Mutmainah digambarkan sebgai orang yang duduk/diam itu
mewakili sifat sabar dan tenang dalam menghadapi segala macam cobaan atau
kejaian yang sedang menimpa/terjadi. Apabila tak dikendalikan Mutmainah ini
akan menjadi sesuatu yang buruk yang bisa menguasia diri kita. Kita akan
menjadi malas untuk melakukan sesuatu karena saking nrimonya diri kita atau terlalu sabarnya kita menghadapi
sesuatu. Mutmainah yang menguasai akan membuat kita malas belajar, malas
bekerja, dan yang lebih parah lagi kita tidak memperhatikan diri kita sendiri.
Dari keempat
nafsu yang dilambangkan dengan empat unsur pembentuk kejadian
Manusia ini, saling menolak dan membantu. Oleh sebab seorang Manusia dijadikan
dari Tanah, Angin, Air dan Api, maka kita selalu akan membutuhkan ke empat
unsur ini dalam hidup kita. Kita harus makan dari hasil Tanah, kita harus
menghirup Udara dalam bernapas, kita amat perlu Air, kita amat perlu akan sinar
matahari dan api untuk memasak dsb. Anehnya, ke empat nafsu ini pun saling
menaklukkan satu dengan lainnya, maka karena inilah timbul konsep dalam Tasawuf
: Sang Ruh itu adalah Laki-Lakinya, sedang Jasad itu yang dikuasai oleh ke
empat nafsu adalah Perempuannya. Esensinya adalah Ruh kita harus mampu
menguasai-mengendalikan Nafsunya yang Empat yang diibaratkan 4 orang istri. Nafsu itu ada didalam diri kita dan seharusnya kita yang menguasai dan mengendalikan
nafsu-nafsu itu bukan sebaliknya kita yang dikuasai dan dikendalikan oleh nafsu-nafsu itu.
Sekian, semoga kita bisa belajar mengendalikan nafsu-nafsu yang ada di dalam
diri kita.
Sumber : Dari berbagai macam
sumber
schTz
30-03-2015