Senin, 30 Maret 2015

Perwujudan Nafsu Dalam Diri Manusia



Manusia dilahirkan di dunia ini bersamaan nafsu yang mengikutinya, dimana nafsu itu bisa kita kendalikan dengan roh yang ada di dalam diri kita. Sejatinya nafsu itu bisa kita kendalikan bukan kita yang dikendalikan oleh nafsu-nafsu itu.
Siapa yang mencapai rasa yang lebih mendalam sekaligus mencapai eksistensi yang lebih mendalam, dengan sendirinya hidupnya akan berubah, ia akan memiliki sikap-sikap yang lain, yang lebih benar, lebih cocok dengan realitas yang sebenarnya. Oleh karena itu untuk memasuki batin kita, kita harus terus menerus memperhalus rasa. Rasa dalam arti indrawi membuat kita peka terhadap lingkunga fisik. Dalam rasa kita merasakan bagaimana perkembangan hubungan kita dengan orang lain. Semakin peka rasa kita semakin terbukalah hakekat kenyataaan yang sebenarnya. Usaha untuk memperdalam rasa jangan dipahami sebagai semacam penambahan pengertian langkah demi langkah dimana unsure kognitif ditumpukkan. Melainkan yang dimaksud adalah suatu kesadaran yang semakin mendalam, seakan-akan daun-daun pengertian yang sementara gugur satu demi satu tercapai dasar dan hakekat keakuan kita yang sesungguhnya (Suseno, 1984:131).
Sebelum menjelaskan tentang saudara-saudara yang ada di dalam tubuh kita Amarah, Lawwamah, Supiah, dan Mutmainah, baiknya kita mengetahui proses kelahiran kita di dunia tentu saja bukan proses dari segi medis. Mengambil dari Kitab Kidungan Purwajati tulisannya dimulai dari lagu Dhandanggula yang bunyinya sebagai berikut:

Ana kidung ing kadang Marmati
Amung tuwuh ing kuwasanira
Nganakaken saciptane Kakang Kawah puniku
Kang rumeksa ing awak mami
Anekakake sedya Ing kuwasanipun Adhi Ari-Ari
Ingkang Memayungi laku kuwasanireki
Angenakken pangarah Ponang Getih ing rahina wengi
Ngrerewangi ulah kang kuwasa Andadekaken karsane Puser
kuwasanipun Nguyu-uyu sabawa mami Nuruti ing panedha
Kuwasanireku Jangkep kadang ingsun
Papat kalimane wus dadi pancer sawiji tunggal sawujud ingwang.

Pada lagu diatas, disebutkan bahwa “Saudara Empat” itu adalah Marmati, Kawah ari-ari (plasenta / tembuni) dan darah yang umumnya disebut Rahsa. Semua itu berpusat di Pusar yaitu berpusat pada bayi. Jelasnya mereka berpusat di setiap manusia. Mengapa disebut Marmati, kakang kawah, adhi ari-ari, dan rahsa? Marmati itu artinya samar mati (takut mati). Umumnya bila seorang ibu mengandung sehari-hari pikirannya khawatir karena samar mati. Rasa khawatir tersebut hadir terlebih dahulu sebelum keluarnya kawah (air ketuban), ari-ari, dan rahsa. Oleh karena itu rasa samar mati itu lalu dianggap sedulur tuwo (Saudara Tua). Perempuan yang hamil saat melahirkan, yang keluar terlebih dahulu adalah air kawah (Air Ketuban) sebelum lahir bayinya, dengan demikian kawah lantas dianggap sedulur tuwo yang biasa disebut kakang (kakak) kawah. Bila kawah sudah lancar keluar, kemudian disusul dengan lahirnya si bayi, setelah itu barulah keluar ari-ari (placenta/ tembuni). Karena ari-ari keluar setelah bayi lahir, ia disebut sebagai sedulur enom (Saudara Muda) dan disebut Adhi (adik) Ari-Ari. Setiap ada wanita yang melahirkan, tentu saja juga mengeluarkan Rah (Getih=darah) yang cukup banyak. Keluarnya roh (Rahsa) ini juga pada waktu akhir, maka dari itu Rahsa itu juga dianggap sedulur enom. Puser (Tali pusat) itu umumnya gugur (Pupak) ketika bayi sudah berumur tujuh hari. Tali pusat yang copot dari pusar juga dianggap saudara si bayi. Pusar ini dianggap pusatnya saudara empat. Dari situlah muncul semboyan “sedulur papat limo pancer”.
Berdasarkan semboyan “sedulur papat limo pancer” dapat kita bagi bahwa dalam diri kita terdapat 4 macam nafsu, yaitu amarah, lawwamah, supiah, dan mutmainah. Dalam Al-Quran nafsu diistilahkan dengan jiwa. Ada nafsu/jiwa yang jahat dan ada juga nafsu/jiwa yang baik. Nafsu menimbulkan atau mengeluarkan hawa yang dalam istilah selanjutnya digabung menjadi satu yaitu hawa nafsu. Hawa adalah keinginan sedangkan nafsu adalah perbuatan. Hawa bisa juga adalah radiasi yang ditimbulkan oleh nafsu. Misalkan kita ingin makan, keinginan untuk makan itu disebut hawa, jadi hawa itu masih dalam batas keinginan. Kemudian jika keinginan itu ditindaklanjuti sehingga kita makan, maka perbuatan makan tersebut disebut nafsu. Jadi sebetulnya yang perlu dikendalikan itu adalah hawanya atau keinginannya, jika hawa terkendali maka otomatis nafsu juga akan terkendali.
Nafsu atau jiwa sudah ada bersama-sama sperma, dan bisa hidup lama jika ketemu dengan pasangannya yaitu sel telur (terjadi pembuahan) dan menempel di rahim untuk berkembang. Sperma hidup dan bisa berlari dengan kecepatan tertentu, mencari sel telur untuk menyatu (membuahi) dan hidup di dalam rahim. Sperma hidup dan bisa berlari karena mengandung jasad-jasad halus (mengandung nafsu-nafsu/jiwa-jiwa) dimana jasad-jasad halus tersebut mempunyai roh. Roh dari nafsu/jiwa berbeda dengan roh manusia. Roh manusia turun atau ada pada janin bayi ketika janin bayi berumur 3 sampai 4 bulan dalam kandungan ibu. Sedangkan nafsu/jiwa saat itu sudah ada terlebih dahulu. Oleh sebab itu janin bayi sudah hidup dan berkembang (ada denyutan) karena memang disitu sudah ada rohnya, yaitu roh dari 4 nafsu/jiwa tadi. Nafsu/jiwa hidup menyatu dengan jasad manusia, dari janin bayi dalam perut ibu, lahir menjadi bayi, menjadi anak-anak, remaja, pemuda/dewasa, dan akhirnya tua dan mati begitu juga dengan nafsu tersebut akhirnya mati (sempurna kembali ke asalnya).
Keempat nafsu yang menggambarkan unsur-unsur lahirah yang membentuk kejadian manusia (api, angin, air, dan tanah) dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Amarah
Nafsu Amarah dilambangkan seperti api, secara bawaaan lahir nafsu Amarah menempati lapisan pembungkus terluar sebagai pembungkus hati nurani dan cahaya nafsu ini bewarna merah. Amarah biasanya lebih cepat responnya bila terjadi sesuatu pada diri kita, dikarenakan menempati lapisan yang paling luar. Nafsu yang berasal dari unsur saripati api tentu nafsu ini akan membawa/mewarisi sifat-sifat api itu sendiri, antara lain:
Þ       Bersifat panas
Pada diri manusia nafsu ini akan membangkitkan rasa panas/emosi, ingin marah-marah kepada orang lain, temperamental, mudah tersinggung, ingin berantem, tidak segan menggunakan kekerasan.
Þ       Bewarna merah
Pada saat manusia dikuasai oleh nafsu ini maka raut mukanya akan menjadi merah, . telinga merah, dan jantung akan berdetak kencang.
Þ       Tegak Keatas
Api kalau dinyalakan selalu tegak keatas, tidak ada api yang menyala kebawah atau kesamping. Jika manusia sedang dikuasai nafsu ini maka akan bersifat sombong, tidak mau mengalah, selalu berprasangka buruk kepada orang lain, merasa paling benar dan paling suci sendiri.
Ada yang menyebut bahwa Amarah ini mempunyai sifat yang lebih kejam dari 70 sifat syetan. Dari sudut pandang agama islam dapat digambarkan dalam gerakan sholat, Amarah dalam huruf arab dilambangkan dengan huruf Alif (tubuh yang berdiri). Saat berdiri jagalah dirimu dari yang berdiri di dalam dirimu, yang dimaksud yang berdiri dalam tubuhmu adalah Amarah. Jika kita lihat sifat-sifatnya ada segi positif yang bisa kita pelajari dari amarah adalah “kita tidak mau tunduk kepada siapapun termasuk iblis. Kita hanya tunduk pada Sang Pencipta kita Allah SWT”. Selain itu Amarah bisa berguna untuk ambisi untuk maju, ambisi untuk menang dalam pertandingan.

2.      Lawwamah
Nafsu Lawwamah atau dalam bahasa jaga sering disebut Aluamah tercipta atau dilambangkan seperti angin. Lawwamah secara bawaan lahir menempati lapisan pembungkus kedua dari luar setelah Amarah, cahaya Lawwamah bewarna kuning. Kita bisa lihat sifat dan perilaku angin, angin bergerak tidak menentu arahnya kadang ke utara, ke selatan, ke barat, dan ke timur. Angin bergerak berdasarkan musim atau tekanan angin. Angin yang jalannya mendatar itu kalau terhalang benda akan berbelok ke atas, ke bawah, ke kanan, dan ke kiri dari benda itu, sifat angin selalu ingin menguasai atau mengisi seluruh ruangan dan tidak pernah bisa diam.
Dalam sudut pandang islam, Lawwamah digambarkan sebagai huruf Lam (tubuh yang Ruku’).  Jagalah dirimu dari yang ruku’/datar di dalam dirimu. Sesuatu yang datar yang dimaksut adalah Lawwamah. Dapat disimpulkan bahwa Lawwamah ini mempunyai sifat yang digambarkan seperti angin yang dapat tampil dalam diri kita sebagai seorang yang plin plan atau tidak punya pendirian, terbawa arus tren saat itu. Selain itu Lawwamah menggambarkan nafsu keserakahan atau rakus/berlebihan, terutama dalam tubuh kita nafsu yang inginnya makan terus, kalau di luar tubuh ingin mengusai harta dan menumpuk kekayaan. Segi positif dari Lawwamah adalah dia bersifat rajin dan selalu ada dimana-mana.



3.      Supiah
Nafsu Supiah berasal dari saripati air sehingga nafsu ini mewarisi sifat-sifat air. Supiah secara bawaan lahir menempati lapisan pembungkus ketiga dari luar setelah Lawwamah sebagai pembungkus hati nurani dan cahaya nafsu ini berwarna putih. Sifat air antara lain mencari tempat posisi yang paling rendah selalu mengarah kebawah kebalikan dari Amarah yang selalu mengarah keatas. Bila secara dominan akan membuat kita menjaadi rendah hati terhadap sesama dan rendah diri dihadapan Tuhan. Air selalu mengambil bentuk dari wadah yang ditempatinya, airnya Supiah pandai menempatkan diri, pandai membawa diri terhadap lingkungan sekitarnya, dan pandai menyesuaiakn diri kepada siapa yang sedang dihadapinya. Selain itu, Supiah juga memiliki sifat empati, rasa iba belas kasihan terhadap sesama, suka menolong yang dilandasi sifat kasih sayang.
Dalam sudut pandang islam, Supiah digambarkan sebagai huruf Mim (Tubuh yang sujud). Jagalah dirimu dari yang tunduk di dalam dirimu, yang tunduk di didalam diri kita adalah Supiah. Sifat negatif dari Supiah adalah pengumbar rasa kasih sayang, sehingga mengumbar nafsu birahinya sampai diluar batas. Supiah yang menyukai keindahan ini dapat digambarkan pula sebagai orang yang sedang dalam dalam keadaan kasmaran, senangtiasa membuat setiap orang terpesona dan menimbulkan hasrat tak pernah terpuaskan. Supiah bisa digambarkan dengan kata yang disebut “cinta”. Cinta dapat menimbulkan keindahan yang begitu hebat yang terkadang sangat sulit untuk dilupakan. Walaupun sekarang banyak yang salah mengartikan apa itu cinta, cinta yang sudah dikuasai oleh Supiah hanya akan menimbulkan birahi tanpa batas kepuasan. Semakin ia memperolehnya semakin tinggi pula keinginan untuk terus mencarinya.

4.      Mutmainah
Nafsu Mutmainah berasal dari saripati tanah sehingga mewarisi sifat-sifat tanah. Mutmainah secara bawaan lahir menempati lapisan pembungkus keempat dari luar setelah Supiah sebagai pembungkus hati nurani dan cahaya nafsu ini berwarna hitam. Tanah disini bisa diartikan juga sebagai bumi. Sifat dari tanah/bumi antara lain, tanah sering disakiti tapi malah selalu memberi manfaat. Lihatlah tanah, di injak-injak, dicangkuli, diambil isi perutnya (diambil hasil tambangnya), digunduli rambutnya (ditebangi pohon-pohonnya), dirubah bentuknya (diratakan gunung-gunungnya) namun tetap sabar dan menerima. Oleh karena itu Mutmainah ini mempunyai sifat yang sabar, rela menanggung beban orang lain dan lain-lain. Selalu ingin beribadah dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Karena kesabarannya, Mutmainah melambangkan nafsu yang tenang atau jiwa yang tenang.
Dalam sudut pandang islam, Mutmainah dilambangkan sebagai huruf Dal (Tubuh yang duduk/diam). Jagalah dirimu dari yang duduk /yang diam di dalam dirimu, yang duduk di dalam diri kita adalah Mutmainah. Mutmainah digambarkan sebgai orang yang duduk/diam itu mewakili sifat sabar dan tenang dalam menghadapi segala macam cobaan atau kejaian yang sedang menimpa/terjadi. Apabila tak dikendalikan Mutmainah ini akan menjadi sesuatu yang buruk yang bisa menguasia diri kita. Kita akan menjadi malas untuk melakukan sesuatu karena saking nrimonya diri kita atau terlalu sabarnya kita menghadapi sesuatu. Mutmainah yang menguasai akan membuat kita malas belajar, malas bekerja, dan yang lebih parah lagi kita tidak memperhatikan diri kita sendiri.
Dari keempat nafsu yang dilambangkan dengan empat unsur pembentuk kejadian Manusia ini, saling menolak dan membantu. Oleh sebab seorang Manusia dijadikan dari Tanah, Angin, Air dan Api, maka kita selalu akan membutuhkan ke empat unsur ini dalam hidup kita. Kita harus makan dari hasil Tanah, kita harus menghirup Udara dalam bernapas, kita amat perlu Air, kita amat perlu akan sinar matahari dan api untuk memasak dsb. Anehnya, ke empat nafsu ini pun saling menaklukkan satu dengan lainnya, maka karena inilah timbul konsep dalam Tasawuf : Sang Ruh itu adalah Laki-Lakinya, sedang Jasad itu yang dikuasai oleh ke empat nafsu adalah Perempuannya. Esensinya adalah Ruh kita harus mampu menguasai-mengendalikan Nafsunya yang Empat yang diibaratkan 4 orang istri. Nafsu itu ada didalam diri kita dan seharusnya kita yang menguasai dan mengendalikan nafsu-nafsu itu bukan sebaliknya kita yang dikuasai dan dikendalikan oleh nafsu-nafsu itu. Sekian, semoga kita bisa belajar mengendalikan nafsu-nafsu yang ada di dalam diri kita.

Sumber : Dari berbagai macam sumber



schTz
30-03-2015
Share:

Bingkai Bintang



Malam tergambar dalam sebuah kegelapan
Bayang2 bintang terlukis menghiasi alam
Kamu tergambar dalam sebuah khayalan
Bayang2 senyummu masuk menghisi pikiran

Tanpa rasa kamu terdiam dalam kata
Lalui malam menikmati rembulan
Sinarnya tak lebih cerah dari senyummu
Walau indah tapi teduh matamu menatap dalam keresahan


schTz
11-04-2014
Share:

Selasa, 24 Maret 2015

Jiwa dan Peradaban Korupsi



Sangat tidak mudah mengambil keputusan apakah korupsi adalah milik para koruptor ataukah milik kita bersama. Juga tidak gampang mengukur kadarnya sebagai “penyakit sistem” (struktural), sebagai “penyakit manusia” atau “penyakit budaya” suatu masyarakat yang berada dalam sistem yang sama. Ia sangat cair, seakan-akan merupakan serbuk yang rata menabur, atau bagaikan asap halus yang tak kasat mata, sehingga tidak bisa serta merta bisa disimpulkan bahwa perilaku korupsi adalah semacam anomali atau penyakit khusus yang berlaku pada sejumlah orang, ataukah ia memiliki “infrastruktur” budaya yang memang mendarah daging secara lebih menyeluruh pada kehidupan masyarakat kita.
Darah daging itu bisa jadi tak hanya berskala budaya atau kebudayaan, bisa jadi ia sudah merupakan peradapan. Terutama apabila disepakati bahwa korupsi materiil hanyalah satu output “kecil” dasar-dasar jiwa korupsi yang juga bisa menemukan manifestasinya pada perilaku lain, pada pola berpikir, cara pandang, cara memahami, cara merasakan, bahkan cara memahami dan melaksanakan iman. Tak pernah berhenti kita bertanya: di kedalaman jiwa manusia, apakah korupsi itu peristiwa mental, peristiwa ilmu, peristiwa akhlak, peristiwa iman, atau apa?
Kalau sudah sampai ke kompleksitas itu, kita yang di panggung berteriak “Wahai Kaum Koruptor...” tidak otomatis kita bukan koruptor. Atau kekhusyukan seorang dalam beribadah, status mulia seorang dalam kegiatan keagamaan, citra bersih seorang dalam imaji publik-tidak serta merta mengandung arti bahwa yang bersangkutan berada di luar lingkaran, jaringan, dan sistem korup. Bahkan kita yang bertugas memberantas korupsi, perlu mengaktifkan terus-menerus kewaspadaan diri untuk menjamin bahwa dalam berbagai konteks dan nuansa itu langkah-langkah kita benar-benar bebas dari potensialitas korupsi. Apalagi sejumlah pagar eksternal atau internal yang tak selalu bisa kita atasi membuat langkah-langkah kita tampak di mata orang lain sebagai “tebang pilih”.
(Oleh: Emha Ainun Nadjib dalm bukunya Demokrasi “La Roiba Fih”)

Pandangan saya
Korupsi atau rasuah berdasarkan apa yang sering kita dengar adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lainyang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan secara ilegal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak. Kata korupsi sendiri mempunyai arti busuk, rusak, menggoyahkan, dan memutarbalikkan. Di negara kita untuk memberastas tindak korupsi maka dibentuklan lembaga nati korupsi yang kita kenal dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) didirikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi Tindak Pidana Korupsi. KPK adalah lembaga negara yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan korupsi. KPK bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Dalam pelaksanaan tugasnya KPK berpedoman kepada lima asas, yaitu kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan proporsionalitas dan menampaikan laporannya secara terbuka dan berkala kepada Presiden, DPR, dan BPK.  
KPK dipimpin oleh pimpinan KPK yang terdiri atas lima orang, seorang ketua merangkap anggota dan empat wakil ketua merangkap anggota. Pimpinan KPK memegang jabatan selama empat tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk sekali masa jabatan. Dalam pengambilan keputusan, pimpinan KPK bersifat kolektif kolegia.
Penjelasan diatas adalah mengenai bagian dari korupsi secara kecil, akan tetapi korupsi yang bisa melumpuhkan kehidupan berbangsa dan bernegara khusunya di negara kita ini. Secara luas korupsi itu ada pada kehidupan kita sehari-hari termasuk mungkin di dalam diri kita ada perilaku korupsi yang kita lakukan entah sengaja atau tidak sengaja, entah besar atau kecil kerugian yang diakibatkan.
Misalnya anak sekolah, dulu ketika saya masih sekolah banyaak diantara teman-teman yang suka mengkorupsi uang buku, kalau saya ambil contoh uang pembayaran sekolah atau SPP mungkin itu yang tidak peduli adalah orang tuanya bukan anaknya. Uang buku yang semestinya Rp. 100.000,- untuk dibayarkan ke sekolah banyak diantara teman-teman yang meminta uang pembayaran kepada orang tuanya Rp 150.000,-  atau bahkan lebih, dan hal itu sama sekali tidak diketahui oleh orang tuanya. Keinginan untuk membeli benda/barang yang disukai adalah salah satu faktor pemicu tindakan itu dilakukan. Sangat sedikit yang melakukan karena alasan uang sakunya mepet, secara logika murid yang uang sakunya mepet adalah murid yang berasal dari keluarga tidak mampu. Itu gambaran murid yang masih duduk dalam bangku sekolah, mungkin nominal yang lebih bisa diperoleh ketika murid yang nakal itu duduk di bangku kuliah.
Dari segi pengajar gambaran korupsi itu pun juga bisa berikan contoh. Misalnya dalam kasus buku, kita sebgai murid kadang diharuskan memakai buku dari pengarang A tanpa adalah alasan yang jelas buku-buku B, C, dan D itu kenapa tidak boleh dipakai sebagai acuan dalam belajar. Terkadang bangku sekolah itu tidak memberikan atau membiarkan murid-muridnya mencari buku yang menurut murid itu bisa lebih mudah dipahami. Pengajar tersebut sudah secara sepihak membuat keputusan agar buku yang dipakai untuk proses pembelajaran adalah buku dari pengarang A. Dilihat dari hal itu guru tersebut sudah merampas hak berpendapat murid, walau terkadang kalau masalah buku murid tidak begitu peduli dengan itu, tapi seharusnya dalam dunia pendidikan demokrasi antara murid dan guru bisa dilakukan dengan baik. Guru itu pemimpin yang seharusnya dari hal-hal kecil bisa mengajarkan arti kejujuran dan keterbukaan terhadap muridnya.
Atau kalau boleh saya menduga mungkin itu sudah terjadi semacam ada monopoli antara pengaranng dan penerbit  buku A dengan pihak pengajar dan sekolah, hahahaha, itu dugaan paling ekstrem daan tidak pernah saya maafkan dugaan seperti itu, namanya juga dugaan boleh-boleh saja kan. Tapi yang pasti seharusnya ada sebuah demokrasi yang antara guru dan murid, memberikan batasan kepada murid adalah dengan cara memberikan kebebasan berpikir mereka kebebasan memahami buku dan kebebasan memilih cara belajar bagaimana yang bisa membuat mereka asik. Bukankah dengan begitu kreatifitas dan pola berpikir murid jadi lebih baik, tinggal para pengajar memberikan pembelajaran arahan kepada murid-muridnya.
Ini baru dari segi buku pelajaran, ada berbagai macam kasus korupsi yang bisa kita lihat. Masih banyak kasus korupsi yang bisa didapatkan dari dunia sekolah dunia yang kata almarhum Chrisye dunia yang penuh keindahan adalah pada masa sekolah. Walaupun korupsi yang terjadi dalam sekala kerugian yang sangat kecil antara murid dan orang tua, antara pengajar dengan murid. Tapi sebaiknya hal-hal seperti itu bisa dihindari dan dihilangkan.
Menginjak dunia akademisi perkuliahan saya akan memberikan contoh korupsi yang ada, eeeee dan ternyata tidak jauh neda dengan bangku sekolah, sekitar-sekitar itu. Hanya saja proses demokrasi di bangku perkuliahan sudah terlihat jelas antara pengajar (dosen) dengan murid (mahasiswa). Hanya kadang saya merasa prihatin (cie kayak pak SBY) dengan mahasiswa yang suka berteriak berantas koruptor, habisi koruptor, saya yakin kalau salah satu atau bahkan dua, tiga, dan seterusnya yang suka berteriak-teriak itu adalah penggelap uang SPP, heheheheheu. Habisi koruptor memangnya koruptor itu makanan kalau saya sih ga sudi makan koruptor, karena lebih najis dari daging babi. Hahaha.
Memang hal itu tidak bisa disamakan antara pelajar penyimpang uang buku, mahasiswa penggelap uang SPP, dan pejabat yang mensilumankan dana-dana proyek atau mensilumankan dana-dana yang lain. Akan tetapi dari segi moral dan dipandang dari sudut hati yang terdalam (bukan lagunya peterpan) ketiga hal itu sama tak ada bedanya, yang membedakan adalah dari segi hukum yang berlaku dinegara kita. Jiwa-jiwa korupsi itu muncul sejak kita dilahirkan tidak bisa dihilangkan, hanya bisa dikendalikan menurut terjemahan saya. Kalau boleh saya simpulkan korupsi ditingkat anak sekolahan itu disebut kenakalan kalau sudah ditingkat pejabat baik kelurahan, kecamatan, kabupaten/kotamadya, propinsi, dan negara korupsi disebut Kejahatan. Lebih tepatnya kejahatan kerah putih (White Color Crime).
Ada lagi contoh korupsi yang ada pada kehidupan sehari-hari, saya ambil contoh dari dunia kerja. Tapi ternyata saya tidak mampu menulisnya, silahkan kalian kalian menerjemahkannya sendiri, silahkan kalian “nyandak’i dewe” (memberi jawaban sesuai keinginannya sendiri terkadang lebih kepada jawaban yang ngawur), heheheu... Misalnya begini contoh yang umum adalah ketika kita tidur pada jam kerja pake ngorok, wah itu ngawurnya dua kali lipat. Pada saat perjalanan dinas, ada yang kadang mampir-mampir dulu kemana gitu, tapi itu idak dianggap korupsi kalau teman sekantornya dibawain oleh-oleh, ehmm itu juga ngawur tapi ngawur yang bermanfaat untuk teman-temannya. Bahkan ada kasus yng lebih parahnya kita pura-pura tidak tahu dan tidak peduli dengan praktik korupsi kecil pada perusahaan atapun instansi pemerintah. Terkadang keadaan yang membuat kita tak bisa melakukan apa-apa. Huhhffftt payah sekali kita sebagai manusia.
Sampai ada lagu dari navicula yang berjudul mafia hokum “Korupsi-korupsi kata ini lagi selalu menghantui negeri yang frustasi”. Kalau saya korupsi itu menghantui jiwa yang frustasi.
Mungkin dari cantoh-contoh diatas itu yang dimaksud oleh Cak Nun bahwa korupsi sudah mendarah daging pada kehidupan bermasyarakat kita. Kalau kita suka berteriak tentang kaum koruptor belum tentu secara otomatis kita ini bukan koruptor. Pesannya mari kita berantas korupsi sesulit apapun itu, sedalam apapun itu mulai dari hal-hal dalam diri kita sendiri. Pemberatantasan korupsi di negeri ini bukan semata-mata tugas KPK tapi juga kita bersama. Mari bersama kita lawan korupsi...!!!

 

schTz
23-03-2015
Share: